Jumat, 28 Oktober 2011

Bismillaahirrahmaanirrahiim

Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh
============================



Terkadang kita (para akhwat) tak menyadari ketika sedang membicarakan seorang saudari, tercetuslah nada sinis, “ Jilbabnya pendek ”, “ Dia suka baca-baca tentang filsafat ”, “ Kalau ngomong sama dia itu harus dengan keras juga karena kalau lembut nanti nggak didengerin ”.

Ukhti, merinding aku mendengar kata-kata itu dari lisanmu

Seolah jilbabnya menghalangimu pandanganmu dari hatinya. Apakah kau bercermin ketika membicarakan aibnya,..??? Apakah engkau tak pikir persepsi akhwat lain yang mendengar ceritamu tentangnya,..??? Engkau tahu ukuran jilbabnya tapi pernahkah kau melihat sorot matanya ketika menggambarkan dakwah,..??? Bagaimana getaran suaranya yang begitu penuh haru. Engkau menghafal Qur’an ukhti, namun begitu fasih menggibah akhwat yang berbeda harokah denganmu, tilawahmu berjuz-juz tapi senang memperolok-olok kelemahan saudarimu. Ia memang membaca filsafat, tak sepertimu, yang senang dengan film dan artis Korea. Engkau menilai seorang akhwat sinis karena ia lebih suka mengatakan kebenaran daripada harus bermanis menjerumuskan, sedangkan engkau, lebih suka membicarakan saudarimu di belakang dengan alasan tidak bisa menyampaikannya atau bahkan kau ungkap di forum sehingga ia tak berkutik lagi menghadapimu yang memojokkannya. Engkau tak suka akhwat yang bersikap “dingin” karena menjaga diri, namun engkau,..??? Tertawa lepas di depan ikhwan. lantas, ketika ia jatuh tersungkur, dengan mudah kau berkata,

“memang sudah sunatullahnya, hanya orang-orang yang punya niat lurus yang akan bertahan di jalan ini”

Mungkin saat ini ia yang terpelanting, namun siapa menjamin kita akan tegak di jalan ini selamanya,..??? sadarkah bahwa hal-hal sederhana semacam ini yang menjadikan imej kita tak seperti yang diharapkan.  pun tak perlu sampai kau berkata, “ Udahlah, nggak usah dengerin apa kata orang, kita kan nggak mungkin memaksa mereka merubah persepsi mereka ke kita. ” Memang ukhti, tdak mudah merubah persepsi orang lain terhadap kita tetapi kita lah yang perlahan merubah kebiasaan, sesuatu yang kadang luput dari pandangan kita. ana yakin ukhti, ini merupakan suatu perkara yang mudah untuk dirubah.

Sabda Rasulullah
“Katakanlah kebenaran meskipun pahit”
“Siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir hendaklah dia berkata baik atau diam…”
( HR Bukhari Muslim )

Jalan da’wah ini memang akan Allah bersihkan dari orang-orang yang punya niat selain daripadaNya. Namun, sisi manusiaku berkata, “ punyakah kita alasan untuk menahan hati mereka jika sampai mereka terluka,..??? ” kita ini orang-orang terasing ukhti. Orang-orang yang memilih pengorbanan sebagai jalan hidup. Jangan sampai kita turut mengasingkan saudara-saudari kita hanya karena mereka tak “ serupa ” dengan kita atau pun dengan mudahnya menilai mereka padahal taaruf kita pun belum sempurna dengannya.

“ Wahai orang-orang yang beriman janganlah satu kaum memperolok-olokkan kaum yang lain (karena) boleh jadi mereka (yang diperolok-olokkan) lebih baik dari mereka (yang memperolok-olokkan) . ”
( QS AL-Hujuraat : 11 )

Afwan jiddan ukhti, ana tahu ini pun bukan cara yang bijak untuk mengungkapkannya. Hanya saja fenomena ini tak hanya terjadi sekali dua dan tak hanya di satu dua tempat. terkadang mata kita tertutup akan kepedulian terhadap saudari-saudari kita ketika sedang lelah-lelahnya berjuang sehingga sulit bagi kita untuk mengedepankan husnuzhon.

Semoga ilustrasi tersebut dapat dijadikan hikmah

Semoga Allah Mengampuni kita serta Melembutkan dan Menguatkan hati kita kepada saudara/i kita seaqidah hingga kita mampu mencari 1001 alasan untuk berhusnuzhon kepadanya kita sembari membantunya berdiri dengan ahsan di kala ia terjatuh.
Wallahu a’lam bish showab.

Kebenaran dan kebaikan berasal dari Allah pun kembali kepadaNya

“ Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk. ”
( QS An Nahl : 125 )

La Tahzan Innallaha Ma'ana1http://www.facebook.com/media

JERITAN KU........

Gemuruh khidupan mengalirkan jerit dan tangis, derasnya khdpan menyeret jiwa pada khampaan. Riak2 khdupan membwa hati dlm gelombang kpahitan.” Sribu tanya mengundang duka, sjuta rasa menyimpan luka.” Wahai pemilik jiwaku, apakah gmuruh itu rasaku.. apakah derasnya itu aliran cinta-Mu.. apakah riak2 itu adlh ujian-Mu.. Wahai pemilik hatiku,, biarlah duka ini hnya sbtas hatiku blajar ikhlas.. biarlah luka ini untkku tetap brthan dlm brsbar.” Engkau yg mencipta Engkau yg brkuasa, aku hanya mampu brusha. Engkau yg memberi Engkau yg mengambil, aku hanya untk menjaganya.” Wahai Engkau Dzat Yang Maha Tinggi.. Ksempurnaan-Mu adlah kekurangan jiwa dan hatiku, agr aku snantiasa mengingat kekuasaan-Mu.”