Selasa, 17 Januari 2012

ASKEP GANGGUAN KOGNITIF DAN MENTAL ORGANIK


ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN
GANGGUAN KOGNITIF DAN MENTAL ORGANIK
    I.      PENDAHULUAN
Gangguan kognitif pada pasien akan mempengaruhi pada kemampuan berpikir dan rasional sesorang. Repon kognitif yang ditimbulkan berbeda dan tergantung pada bagian yang mengalami gangguan. Perubahan dalam perilaku juga akan terjadi. Pada kasus delirium akan terjadi gangguan pada proses pikir, sedangkan pada demensia akan mengalami respon kognitif yang maladaptip.
Untuk mengetahui lebih lanjut masalah yang terjadi pada pasien perlu dkaji lebih lanjut tentang Gangguan kognitif dan mental organic pada pasien. Penulisan makalah ini diharapkan mampu memberikan gambaran secara umum tentang Asuhan keperawatan yang diberikan pada pasien dengan gangguan kognitif, sehingga dapat membantu perawat dalam menerapkan asuhan keperawatan yang diaplikasikan dalam hal :
- Pengkajian
- Penegakan diagnosa
- Intervensi
- Implementasi
- Evaluasi.
Pemberian asuhan keperawatan yang maksimal dapat membantu pasien untuk menghadapi masalahnya dan meminimalkan resiko yang akan terjadi.

 II.      TINJAUAN PUSTAKA
  1. Definisi :
Kognitif adalah : Kemampuan berpikir dan memberikan rasional, termasuk proses mengingat, menilai, orientasi, persepsi dan memperhatikan ( Stuart and Sundeen, 1987. Hal.612).
Gangguan kognitif erat kaitannya dengan fungsi otak, karena kemampuan pasien
untuk berpikir akan dipengaruhi oleh keadaan otak .
  1. Fungsi Otak :
1. Lobus Frontalis, Pada bagian lobus ini berfungsi untuk :
- Prose belajar
- Abstraksi
- Alasan
2. Lobus Temporal, Secara umum berfungsi untuk :
- Diskriminasi bunyi
- Prilaku verbal
- Bicara
3. Lobus Parietal, Berfungsi untuk :
- Diskriminasi waktu
- Fungsi somatic
- Fungsi motorik
4. Lobus Oksipitalis, Berfungsi untuk :
- Diskriminasi visual
- Diskriminasi beberapa asfek memori
5. Sisitim Limbik, Hal ini akan berpengaruh pada fungsi :
- Perhatian
- Flight of idea
- Memori
- Daya ingat
Secara umum apabila terjadi gangguan pada otak, maka seseorang akan mengalami gejala yang berbeda, sesuai dengan daerah yang terganggu yaitu :
1. Gangguan pada lobus frontalis , akan ditemukan gejala-gejala sbb :
- Kemampuan memecahkan masalah berkurang
- Hilang rasa sosial dan mora
- Impilsif àverbal/ obyektif
- Regresi
2. Gangguan pada lobus temporalis akan ditemukan gejala sbb :
- Amnesia
- Demensia
3. Gangguan pada lobus parietalis dan oksipitalis akan ditemukan gejala gejala yang hampir sama, tapi secara umum akan terjadi disorientasi
4. Gangguan pada sistim limbik akan menimbulkan gejala yang bervariasi all :
- Gangguan daya ingat
- Memori
- Disorientasi
- Dll

RENTANG RESPON KOGNITIF SECARA UMUM :
Respon Adaptif -------------------------------------------------- Respon Maladaptif
-          Decisiveness - Periodic - Tidak mampu membuat
-          indecisiveness keputusan
-          Memori baik
-          Orientasi penuh - Pelupa - Kerusakan memori
-          Persepsi akurat - Kadang-kadang bingung - Kerusakan penilaian
-          Perhatian terfokus - Ragu – Disorientasi
-          Koheren - Mispersepsi – Mispersepsi
-          Berfikir logis - Pikiran kacau - Perhatian tidak terfokus
-          Kadang-kadang - Sulit memberikan alasan
-          pikiran tidak yang logis jernih
( Stuart and Sundeen, 1995. Hal. 546 )

 III.   ASUHAN KEPERAWATAN
  1. PENGKAJIAN
1.      Faktor Predisposisi
Penyebab :
- Gangguan fungsi susunan saraf pusat
- Gangguan pengiriman nutrisi
- Ganggua peredaran darah
a. Penuaan
· Kumulatif degeneratif jaringan otak
penuaan
· Racun dalam jaringan otak
· Kimia toksik/logam berat
Respon kognitif maladaptive
b. Neurobiologi
· Penyakit Alzheimer’s
· Gangguan metabolik :
- Penyakit lever kronik,
- GGK
- Devisit vitamin
- Malnutrisi
· Anorexia nervosa
· Bulimia nervosa
c. Genetik :
Penyakit otak degeneratif herediter ( Huntington’s Chorea)
2.      Stressor Presipitasi
a. Hipoksia :
- Anemia hipoksik
- Histotoksik hipoksia
- Hipoksemia hipopoksik
- Iskemia hipoksik
Suplai darah ke otak menurun/berkurang
b. Gangguan metabolism
Malfungsi endokrin : Underproduct / Overproduct Hormon
- Hipotiroidisme
- Hipertiroidisme
- Hipoglikemia
- Hipopituitarisme
c. Racun, Infeksi
- Gagal ginjal
- Syphilis
- Aids Dement Comp
d. Perubahan Struktur
- Tumor àtumor otak
- Trauma
e. Stimulasi Sensori
- Stimulasi sensori berkurang
- Stimulasi berlebih
Lingkungan yang stimulusai berkurang / atau lebih
Halusinasi
Penerangan dan aktifitas di ICU yang konstan
Bingung
Delusi
Halusinasi
3.      Perilaku
Delirum adalah : Suatu keadaan proses pikir yang terganggu, ditandai dengan Gangguan perhatian, memori, pikiran dan orientasi
Demensia : Suatu keadaan respon kognitif maladaptif yang ditandai dengan hilangnya kemampuan intelektual/ kerusakan memori, penilaian, berpikir abstrak.

Karakteristik Delirium dan demensia

Delirium Demensia
Onset Biasanya tiba-tiba Biasanya perlahan
Lama Biasanya singkat/ <> 65 th
Stressor
Racun, infeksi, trauma,
Hipertermia
Hipertensi, hipotensi,
anemia. Racun, deficit
vitamin, tumor atropi
jaringan otak

perilaku
- Fluktuasi tingkat kesadaran
- Disorientasi
- Gelisah
- Agitasi
- Ilusi
- Halusinasi
- Pikiran tidak teratur
- Gangguan penilaian dan pengambilan keputusan
- Afek labil - Hilang daya ingat
- Kerusakan penilaian
- Perhatian menurun
- Perilaku sosial tidak sesuai
- Afek labil
- Gelisah
- Agitasi
4.      Mekanisme koping :
- Dipengaruhi pengalaman masa lalu
- Regresi
- Rasionalisasi
- Denial
- Intelektualisasi
5.      Sumber Koping :
- Pasien
- Keluarga
- Teman

  1. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Menurut Nanda :
· Anxietas
· Komunikasi, kerusakan verbal
· Resiko tinggi terhadap cedera
· Sindrom defisit perawatan diri ( mandi,/kebersihan diri, makan, berpakaian, berhias, toilet )
· Perubahan sensori/perseptual ( penglihatan, pendengaran, pengecapan, perabaan, dan penghidu)
· Gangguan pola tidur
· Perubahan proses piker
( Stuart and Sundeen, 1995.hal 556 )

Diagnosa lengkap dalam proses keperawatan :
· Gangguan proses pikir berhubungan dengan gangguan otak ditandai dengan :
- Interpretasi lingkungan yang tidak akurat
- Kurang memori saat ini
- Kerusakan kemampuan memberikan rasional
- Konfabulasi
· Resiko tinggi terhadap cedera berhubungan dengan :
- Ketakutan
- Disorientasi yang ditandai dengan perilaku agitasi
· Kerusakan komunikasi verbal berhubungan dengan :
- Kerusakan kognitif
- Kehilangan memori saat ini
- Konfabulasi

  1. PERENCANAAN
Identifikasi hasil :
Pasien dapat mencapai fungsi kognitif yang optimal
Prioritas :
· Menjaga keselamatan hidup
· Pemenuhan kebutuhan bio-psiko-sosial
· Libatkan keluarga
· Pendidikan kesehatan mental
Usaha perawatan :
Memfungsikan pasien seoptimal mungkin sesuai kemempuan pasien

  1. IMPLEMENTASI
Intervensi Delirium :
a.       Kebutuhan Fisiologis
- Prioritas : menjaga keselamatan hidup
- Kebutuhan dasar dengan mengutamakan nutrisi dan cairan
- Jika pasien sangat gelisah perlu : Pengikatan untuk menjaga therapi, tapi sedapat mungkin harus dipertimbangkan dan jangan ditinggal sendiri
- Gangguan tidur :
· Kolaborasi pemberian obat tidur
· Gosok punggung
· Beri susu hangat
· Berbicara lembut
· Libatkan keluarga
· Temani menjelang tidur
· Buat jadwal tetap untuk bangun dan tidur
· Hindari tidur diluar jam tidur
· Mandi sore dengan air hanngat
· Hindari minum yang dapat mencegah tidur seperti : kopi, dll
· Lakukan methode relaksasi seperti : napas dalam
- Disorientasi :
· Ruangan yang terang
· Buat jam, kalender dalam ruangan
· Lakukan kunjungan sesering mungkin
· Orientasikan pada situasi linkumngan
· Beri nama/ petunjuk/ tanda yang jelas pada ruangan/ kamar
· Orientasikan pasien pada barang milik pribadinya ( kamar, tempat tidur,
· lemari, photo kleuarga, pakaian, sandal ,dll)
· Tempatkan alat-alat yang membantu orientasi massa
· Ikutkan dalam tyherapi aktifitas kelompok dengan program orientasi
realita (orang, tempat, waktu).
b.      Halusinasi
- Lindungi pasien dan orang lain dari perilaku merusak diri
- Ruangan :
· Hindari dari benda-benda berbahaya
· Barang-barang seminimal mungkin
- Perawatan 1 – 1 dengan pengawasan yang ketat
- Orientasikan pada realita
- Dukungan dan peran serta keluarga
- Maksimalkan rasa aman
- Sikap yang tegas dari pemberi/ pelayanan perawatan (konsisten)
c.       Komunikasi
- Pesan jelas
- Sederhana
- Singkat dan beri pilihan terbata
d.      Pendidikan kesehatan
- Mulai saat pasien bertanya tentang yang terjadi pada keadaan sebelumnya
- Seharusnya perawat harus harus tahu sebelumnya tentang :
· Masalah pasien
· Stressor
· Pengobatan
· Rencana perawatan
· Usaha pencegahan
· Rencana perawatan dirumah
- Penjelasan diulang beberapa kali
- Beri petunjuk lisan dan tertulis
- Libatkan anggota keluarga agar dapat melanjutkan perawatan dirumah dengan baik sesuai rencana yang telah ditentukan

Intervensi pada Demensia
a.       Orientasi
Tujuan : Membentuk pasien berfungsi dilingkungannya
- Tulis nama petugas pada kamar pasien jelas, besar, sehingga dapat dibaca pasien
- Orientasikan pada situasi lingkungan
- Perhatikan penerangan terutama dimalam hari
- Kontak personal dan fisik sesring mungkin
- Libatkan dalam kegiatan T.A.K
- Tanamkan kesadaran :
· Mengapa pasien dirawat
· Memberikan percaya diri
· Berhubungan dengan orang lain
· Tanggap situasi lingkungan dengan menggunakan panca indera
· Inyteraksi personal
- Identifikasi proses pulang

b.      Komunikasi
- Membina hubungan saling percaya
· Umpan balik yang positif
· Tentramkan hati
· Ulangi kontrak
· Respek, pendengaran yang baik
· Jangan terdesak
· Jangan memaksa
- Komunikasi verbal
· Jelas
· Ringkas
· Tidak terburu buru
- Topik percakapan dipilih oleh pasien
- Topik buat spesipik
- Waktu cukup untuk pasien
- Pertanyaan tertutup
- Pelan dan diplomatis dalam menghadapi persepsi yang salah
- Empati
- Gunakan tehnik klarifikasi
- Summary
- Hangat
- Perhatian

c.       Pengaturan koping
- Koping yang selama dipakai ini yang positif positif dimaksimalkan dan yang negative diminimalkan
- Bantu mencari koping baru yang posistif

d.      Kurangi agitasi
- didorong melakukan sesuatu yang tidak biasa dan tidak jelas
- beri penjelasan
- beri pilihan
- penyaluran energi :
· Perawatan mandiri
· Menggunakan kekuatan dan kemampuan dengan tepat, misalnya berolahraga
- Saat agitasi :
· Tetap senyum
· Tujukkan sikap bersahabat
· Empati

e.       Keluarga dan masyarakat
- Siapkan keluarga untuk menerima keadaan pasien
- Siapkan fasilitas dalam berinteraksi dengan dimasyarakat
- Perlu bantuan dalam merawat 24 jam dirumah, yang diprogramkan melalui :
· Puskesmas
· Pos-pos pelayanan kesehatan dirumah sakit

f.       Farmakologi
- Tergantung penyebab gangguan, spt :
· Penyakit Alzheimer’s
- Pada orang tua harus hati-hati, karena keadaan yang sensitive

g.      Wandering
Perilaku yang harus diperhatikan oleh pemberi perawatan

h.      Therapeutik Milieu
- Stimulasi kognitif
Melakukan aktifitas yang berfungsi untuk perbaikan kognitif misalnya diskusi kelompok
· Dukung perasaan aman
· Situasi yang tenang
· Rancangai fisik konsisten
· Struktur yang teratur
· Fokus pada kekuatan dan kemampuan
· Minimalkan perilaku destruktif

i.        Intervensi interpersonal
- Psychotherapi
- Life review therafi
Untuk menyelesaikan masalah yang melibatkan individu dan kelompok dengan saling menceritakan riswayat hidup
- Latihan dan terafi kognitif
· Latihan daya ingat
· Memelihara inteligensia
- Therapi relaksasi
· Untuk mengurangi ketegangan dan stress
· Deep Breathing
· Konsentrasi
- Kelompok pendukung dan konseling
· Ekspres filling
· Pemecahan masalah yang dilakukan dengan cara :
1. Meningkatkan harga diri
2. Meningktkan percaya diri
3. Meningkatkan simpati
4. Meningkatkan empati

j.        Gangguan daya ingat :
- Mulai percakapan dengan menyebut nama anda dan panggil nama pasien
- Hindarkan konfrontasi atas pernyataan pasien yang salah
- Penataan barang pribadi jangan dirubah
- Lakukan progran orientasi
k.      Gangguan perawatan diri :
- Buat jadwal mandi dengan teratur
- Tempatkan pakaian yang kemungkinan mudah dijangkau pasien
- Ajarkan cara mandi secara bertahap :
· Peralatan mandi
· Langkah-langkah mandi
· Perhatikan privacy
- Ajarkan cara berpakaian
· Buat langkah berpakaian yang rutin
· Hindarkan kancing dan resleting
· Beri instruksi yang sederhana
· Lakukan berulang-ulang
· Tetap perhatikan privacy
- Ajarkan BAB dan BAK pada tempatnya
l.        Isolasi social
- Mulai kotak dengan keluarga
- Teman dekat
- Dorong berhubungan dengan orang lain
- Masukkan dalam kelompok aktifitas
- Buat jadwal kontak sosial secara teratur

Prinsip Konservatif Myra Levines
Penerapannya pada pasien gangguan kognitif.
Tujuan : Meningkatkan fungsi kognitif yang optimal.
  1. Konservatif Energi
Intervensi :
- Nutrisi adekuat
- Observasi intake
- Observasi out put
- Observasi tanda vital
- Kesempatan istirahat dirangsang
- Bantu pergerakan
- Kaji gangguan fisiologis
- Kaji stres, bantu cara menghindari dan mengatasi
Dilakukan melalui kegiatan yang berhubungan dengan penggunaan energy

  1. Konservasi Integritas Struktur
Intervensi :
- Kaji fungsi sensori
- Kaji persepsi
- Beri kaca mata
- Alat bantu dengar
- Tongkat
- Observasi dan jauhkan benda-benda berbahaya
- Supervisi pemberian obat
- Lindungi dari bahaya
Perlindungan keselamatan dari ancaman bahaya kecelakaan
  1. Konservasi Integritas Personal
Intervensi :
- Orientasi realita
- Hubungan saling percaya
- Dorong untuk mandiri
- Identifikasi minat
- Identifikasi kemampuan

beri kesempatan untuk menggunakan
- Beri pujian
- Lakukan tehnik komunikasi terapeutik
Pemeliharaan peningkatan harga diri
  1. Konservasi social
Intervensi :
- Kontak keluarga
- Kontak teman dekat
- Dorong untuk berhubungan dengan orang lain
- Didik keluarga dan pasien
- Ijinkan keluarga/orang dekat untuk membantu perawat
- Bertemu keluarga secara teratur
- Libatkan keluarga dalam perencanaan pulang
Pemeliharaan hubungan sosial dengan orang terdekat
  1. EVALUASI
1)      Realistis
2)      Tidak pesimis
3)      Ditujukan pada :
· Orientasi waktu
· Tempat
· Orang
· Interaksi social
· Perawatan mandiri
· Status nutrisi
· Fungsi kognitif
· Pasien terhindar dari cedera
4)      Ditujukan pada pasien delirium
· pasien kembali pada fungsi sebelumnya
· pasien dapat memelihara tingkat optimal fungsi sensori dan persepsi
· berperan dalam aktifitas sehari-hari
· memelihara keseimbangan fungsi fisiologis
5)      Ditujukan pada pasien demensia
· pasien melakukan perawatan mandiri secara optimal
· keluarga tetap memelihara hubungan dengan pasien.

 IV.   PENUTUP
  1. Kesimpulan
Gangguan kognitif pada pasien yang mengalami gangguan jiwa, erat hubungannnya dengan gangguan mental organik. Hal ini terlihat dari gambaran secara umum perilaku/ gejala yang timbul akan dipengaruhi pada bagian otak yang mengalami gangguan, misalnya pada lobus oksipitalis, lobus parietalis, lobus temporalis, lobus frontalis maupun sistim limbik.
Dari intervensi yang dilakukan untuk mengatasi masalah pasien , hal utama yang dilakukan adalah : selalu menerapkan tehnik komunikasi terapeutik. Pendekatan secara individu dan kelompok, juga keterlibatan keluarga dalam melakukan perawatan sangat penting untuk mencapai kesembuhan pasien.
Berdasarkan hal diatas masalah dengan gangguan kognitif sangat penting diketahui apa penyebab terjadinya . Sehingga intervensi yang diberikan tepat dan sesuai untuk mengatasi masalah pasien. Akhirnya pasien diharapkan dapat seoptimal mungkin untuk memenuhi kebutuhannya dan terhindar dari kecelakaan yang ,membahayakan keselamatan pasien.
  1. Saran
Dari kesimpulan diatas, pemberian asuhan keperawatan pada pasien yang
mengalami gangguan kognitip seharusnya kita memperhatikan hal-hal sebagai berikut :
1. Asuhan yang kita berikan secara tuntas dengan tetap mengacu pada pengkajian bio-psiko-sosial dengan lebih mengutamakan etiologi dari terjadinya masalah
2. Pemberian obat /terapy seharusnya berdasarkan pada gejala yang terjadi, karena akan dipengaruhi oleh bagian otak yang terganggu dan harus tetap berkolaborasi dengan tim medis.
3. Dalam pemberian asuhan keperawatan diharapkan peran serta dan keterlibatan keluarga.


Rabu, 11 Januari 2012

ASKEP GLAUKOMA

 ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN GLAUKOMA
 i.       Pengertian
Glaukoma adalah penyakit mata akibat dari tekanan intra okular (TIO) yang tinggi, dimana didapatkan tekanan TIO tinggi, kelainan syaraf optik dan kelainan lapangan pandang.
TIO normal 15-20 mmHg.
Tekanan > 21 mmHg sudah harus diikuti teliti
TIO dipertahankan karena adanya dinamika akuos humor dalam mata. Gangguan dari dinamika ini akan mengakibatkan TIO naik/ tinggi, terjadi glaukoma

II.    Dinamika akuos humor
Pembentukan akuos humor pada taju siliar dari badan siliar, lalu mengalir ke bilik mata belakang, melalui pupil ke bilik mata depan, kemudian ke sudut bilik mata depan masuk ke sistim pembuangan yaitu trabekular meshwork, kaal schlemm, saluran intra sklera kemudian dibuangke vena-vena episklera dan konyungtiva.

Pembentukan  : badan siliar (taju siliar)

Bilik mata belakang (BMB)

Pupil
Pengaliran
Bilik mata depan (BMD)
 

Sudut bilik mata depan
 

Trabekular meshwork
 

Kanal Schlemm
Pembuangan
Saluran-saluran intra sklera

Sistim vena episklera & konyungtiva

III. Gangguan dinamika akuos humor :
1. Pembentukan yang berlebihan : jarang terjadi.
2. Hambatan pengaliran :
1) Blok pada pupil
2) Suduk bilik mata depan tertutup
3) Keadaan ini biasanya mendadak (akut) TIO sangat tinggi, timbul glaukoma akut.
3. Hambatan pada pembuangan
1) Pada trabekular meshwork
2) Kanal schlemm
3) Saluran intra sklera
4) Sudut bilik mata depat tetap terbuka
5) Hambatan pembuangan mengakibatkan naiknya TIO secara perlahan sehingga timbuk glaukoma kronis.






IV. Patofisiologi
1. Glaukoma akut.

 


            Usia                                                                                         Anatomi
 


            Kemunduran                                                                           BMD. sempit


            Lensa > ke depan                                                                    BMD. dangkal
            Lensa > tebal

Faktor pencetus
 


            Emosi                                      Sinar terang                 Obat-obatan


                                                            Dilatasi pupil


                                                            Blok pupil (Hambatan pupil)

                                                            Iris                               Ke depan kornea
 


                                                                                                Trabeculae tertutup

            Tio meningkat                                                             Hambatan drainage

            Peregangan koenea                                                     N. Opticus

            Nyeri                                                                           Visus
 

            Cornea kabut oedem                                       Gagguan persepsi sensori visual

            Vagus                                                                          Resiko cedera

            Mual – muntah                        Perubahan pola nutrisi

            2. Glaukoma kronis
                                    Kelainan pada trabekel
                                    Kelainan pada kanal slem
                                    Kelainan saluran intra sklera

                                    Hambatan

                                    Tekanan meningkat

                                    Ischemia
 

                                    Atropi
 

                                    Serat syaraf optik terdesak
 

                                    Cupping

                                    Gangguan lapang pandang

                                    Samping

                                    Buta
V.    Klasifikasi :
Glaukoma primer
·         Paling sering
·         Penyebab tidak diketahui
·         Didapatkan pada orang yang memiliki bakat glaukoma (struktur) yang berhubungan dengan sirkulasi / reabsorbsi / outflow aquoshumor mengalami perubahan patologis / degeneratif.
·         Gangguan pengeluaran aquos humor (BMD sempit).
·         Kelainan pertumbuhan sudut BMD (ganiosdisgenesis = Trabekulogenesis, iridogenesis, korniodigenesis)
Glaukoma primer dapat dibagi :
1.      Glaukoma sudut terbuka (simplek) kronis
·         Paling sering (90%)
·         Bilateral, salah satu lebih berat
·         Tidak ada gejala pada tahap awal
·         Sudut BMDterbuka normal
·         Ada hambatan aliran aquos humor Jika jangka lama :
·         Syaraf optik degenerasi
·         Degenerasi sel ganglion
·         Atropi iris dan siliare,degenerasi prosesus.
·         Pembuluh darah papil bergeser ke nasal dan daerah papil yang terkena atropi (warna putih abu-abu bukan merah jambu).
·         Diturunkan secara genetik
·         Resiko pada : Individu umur > 40 tahun
·         Klien mengeluh stadium lanjut
·         Mata terasa berat, pusing
·         Penglihatan kabur
·         Halo disekitar cahaya.
·         Tanda-tanda lain :
·         Kelainan lapang pandang dan papil syaraf
·         Membesarnya titik buta
·         Skotoma bjerum (bentuk busur yang berhubungan dengan bintik buta).
·         Pemeriksaan diagnostik
·         Tonometri
·         Pemeriksaan okuler (ganioskopi).

2. Glaukoma sudut tertutup
Glaukoma akut / Glaukoma sudut sempit
·         Sedikit terjadi
·         Onset terjadi tiba-tiba (gawat darurat)
·         Mekanisme dasar
Penyempitan sudut dan perubahan bentuk iris ke anterior      menekan kornea + menekan sudut mata       aquor humor tidak bisa mengalir keluar (BMD meningkat).
·         Bersifat acut / sub acut / kronis.
·         Glaukoma sudut tertutup kronis
·         Nyeri beberapa jam (hilang kalau tidur sebentar)
·         Oleh karena peningkatan TIO (> 75 mmHg)
Halo disekitar cahaya
Headache, mual, muntah, bradikardi (reflek okulokardiak)
Penglihatan kabur dan berkabut, oedema kornea.
·         Penurunan lapang pandang
·         Mata : tanda kongesti / peradangan
Kelopak mata bengkak, mata merah.
TIO sangat tinggi : pupil dilatasi, kornea suram, dan oedema, papil optik hiperemis, oedema, mata keras.
Lensa keruh
Tajam penglihatan turun
Klien terlihat sakit berat.
·         Resiko pada klien
a.       Klien hipermetropia
b.      Lansia : lensa membesar.
·         Pemeriksaan diagnostik
a.       Tonometri
b.      Pemeriksaan okular
c.       Ganioskopi (BMD )
d.      Uji profokasi:
·         Uji kamar gelap
Klien duduk 1 jam, Tidak tidur jika TIO meningkat 8 mmHg : hambatan aliran jika pupil dilatasi.
·         Uji posisi tengkurap
Jika TIO meningkat 8-10 mmHg GS tertutup , pastikan dengan ganioskopi.
VI. Penatalaksanaan
Glaukoma sudut terbuka / simplek
a.       Obat-obat miotik
Golongan kolinergik ( pilokarpin 1-4 % 5 kali sehari) Karbakol 0,75 – 3 %
Golongan antikolineoterase (demekarium bromid, humorsol 0,25 %) pilokarpin 0,25.
b.      Obat-obta penghambat sekresi aqioshumor (adrenergik)
Timolol (tetes 0,25 dan 0,5 % 2 x sehari)
Epineprin 0,5 – 2 % 1-2 x sehari
c.       Carbonican hidrase inhibitor
Asetazolamid (diamok 125-250 mg 4 x sehari
Diklorfenamid (metazolamid)
d.      Trabekuloplatilaser dan iridektomi
e.       Tindakan bedah trabekulektomi
2. Glaukoma sudut tertutup / akut
a. Bahan hiperosmotik
(i)                 Gliserin (gliserol) p.o 1cc / kg BB. Dalam larutan 50 % air jeruk
Manitol 20 % IV. 1-2 gram / Kg BB diberikan 60 tetes / menit.
b. Miotikum pilokarpin 2-4 % 1 tts 3 x 5 menit kemudian 1 tts. 30 menit /2 jam. Selanjutnya 1 tts / jam sampai operasi.
c. Karbonikan hidrase inhibitor
Asetasolamit langsung 500 mg / oral (2 tablet) lalu tiap 4 jam 250 mg.
d. Operasi filtrasi

VII.                      Pengkajian
Data demografi : Usia > 40 tahun
Penyakit keluarga
Riwayat penyakit mata dan riwayat operasi
Riwayat penggunaan obat-obatan (histamin, kostikosteroid)
Riwayat gangguan penglihatan : lama , kapan terakhir periksa mata dan tonometri.
Keluhan (tanda / gejala) Yaitu glaukoma.
1. Pemeriksaan fisik yaitu periksa TIO

b)                  Ada 2 cara periksa TIO

1) Digital (dengan jari tangan )
2) Alat (tonometer).
(1)               DIGITAL
1) Kedua ujung jari telunjuk diletakan pada kelopak mata bagian atas
2) Klien melirik kebawah (jangan menutup mata, karena bola mata akan naik keatas)
3) Tekan bergantian dengan kedua jari tersebut (seperti memeriksa abses).
(a)                Hasil : TIO normal Tn
TIO tinggi : Tn+1, Tn+2, TN+3 dst.
TIO rendah : Tn-1, Tn-2, Tn-3 dst.

TONOMETER :
Tonometer Schiotz alat ini paling sering dipakai dan mudah penggunaanya.
Tonomewter aplanasi dengan alat ini didapatkan hasil yang lebih cermat, tetapi memelurkan slitlamp biomikroskop (mahal).

2. Periksa papil syaraf optik
(i)                 Alat oftalmoskop
Dilihat papil syaraf optik apakah ada cekungan akibat tekanan yang tinggi (“excavatio” = “cupping”).
Luas cekungan dibanding dengan keseluruhan disk=cup / disc ratio (c/d ratio).
Normal : c/d ratio 0- 0,3
> 0,3 curiga adanya kelainan (kemungkinan juga kongenital).
3. Periksa lapang pandangan
Diperiksa lapang pandangan sebtral dengan alat : TANGEN SCREEN, seluas 30° dari pusat tajam penglihatan.
Untuk mengetahui adanya kerusakan akibat glaukoma
Untuk follow up glaukoma.
4. Periksa bilik sudut mata depan
Sederhana dengan lampu senter, sinari iris dari samping, bila tidak ada bayangan, sudutnya dalam, sedangkan bila ada bayangan iris berarti sudut sempit.
5. Periksa Tajam penglihatan (Visus).
Periksa ini rutin untuk semua klien mata
Pada glaukoma  : Visus 1/60 – 1/300; prognosis tidak baik.
Visus 6/6  harus hati-hati, karena kemungkinan lapang pandanganya sempit.
Visus tidak dapat dipakai sebagai : Ada tidaknya glaukoma
(a)                Prognosis gaukoma
Pengkajian psikososial
# Kecemasan
# Mekanisme koping.

VIII.                   Diagnosa Keperawatan yang mugkin timbul
1 Perubahan sensori penglihatan b/d rusaknya serabut syaraf karena peningkatan TIO
2. Nyeri b/d peningkatan TIO
3. Ansietas b/d kehilangan penglihatan aktual atau potensial dan dampak penyakit kronis pada gaya hidup
4. Resiko cedera b/d penurunan lapang pandang
5. Resiko tinggi terhadap inefektif penatalaksanaan regimen terapeutik b/d ketidak cukupan pengetahuan tentang proses penyakit, status klinis kekambuhan, dan rencana pengobatan.