Rabu, 21 Maret 2012

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn.A DENGAN MASALAH KEPERAWATAN UTAMA POLA NAFAS TIDAK EFEKTIF PADA GANGGUAN SISTEM CARDIOVASKULER CHF( CONGESTIF HEART FAILURE)



ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn.A DENGAN MASALAH KEPERAWATAN UTAMA POLA NAFAS TIDAK EFEKTIF PADA GANGGUAN SISTEM CARDIOVASKULER CHF( CONGESTIF HEART FAILURE) DI RUANG AD DALAM RS PKU MUHAMMADIYAH SRUWENG










Disusun oleh :
IRA INDRA IMAWATI
A1.0800446






PROGRAM STUDI ILMU  KEPERAWATAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MUHAMMADIYAH
GOMBONG
2011






LEMBAR PENGESAHAN
ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn.A DENGAN MASALAH KEPERAWATAN UTAMA POLA NAFAS TIDAK EFEKTIF PADA GANGGUAN SISTEM CARDIOVASKULER CHF( CONGESTIF HEART FAILURE) DI RUANG AD DALAM RS PKU MUHAMMADIYAH SRUWENG


Telah disetujui pada tanggal,      Juny  2011



Mengetahui,
Clinical instruktur




(Moh.Nurkhamim, AMK)
Pembimbing Akademik




(Ratna, S.Kep.Ners)



BAB I

TINJAUAN TEORI

 

A.    PENGERTIAN
            Gagal jantung adalah keadaan patofisiologik dimana jantung sebagai pompa tidak mampu memenuhi kebutuhan darah untuk metabolisme jaringan.
(Price Sylvia A. 1994 : 583)
Gagal jantung adalah suatu keadaan patofisiologik berupa kelainan fungsi jantung sehingga tidak mampu memompa darah untuk memenuhi kebutuhan metabolisme jaringan dan kemampuannya ada kalau disertai peninggian volume diastolic secara abnormal.(Mansjoer, 1999 Jilid I : 423).
Gagal jantung (dikenal juga sebagai insufisiensi krodiak) adalah keadaan dimana jantung sudah tidak mampu lagi memompa darah untuk memenuhi kebutuhan tubuh. (C. Long, 1996 Vol. 2 : 579).
Gagal jantung adalah suatu keadaan patofisiologik adanya kelainan fungsi jantung berakibat jantung gagal memompa darah untuk memenuhi kebutuhan metabolisme jaringan dan atau kemampuannya hanya ada kalau disertai peninggian tekanan pengisiann ventrikel kiri. (Noer, 1996 : 975).
Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa gagal jantung adalah keadaan dimana jantung sudah tidak mampu memompa darah sesuai dengan kebutuhan tubuh dan kemampuannya hanya ada kalau disertai dengan peningkatan tekanan pengisian ventrikel kiri.

B.     PENYEBAB
Faktor predisposisi gagal jantung adalah penyakit yang dapat menyebabkan penurunan fungsi ventrikel (seperti penyakit arteri koroner, hipertensi, kordiomiopati) penyakit penyakit pembuluh darah dan keadaan yang membatasi pengisian ventrikel (stenosis mitral kardiomiopati atau penyakit mio kardial).Faktor pencetus termasuk meningkatan asupan garam. Ketidakpatuhan menjalani pemgobatan gagl jantung , infark miokard akut, serangan hipertensi, aritmia akut, infeksi atau demam emboli paru, anemia, tiroksitosis, kehamilan dan endokarditis infektis (Mansjoer, 1999 Jilid I : 434)


C.     TANDA DAN GEJALA
Berdasarkan bagian jantung yang mengalami pemompaan gagal jantung terbagi menjadi gagal jantung kiri dan kanan. Pada gagal jantung kiri terjadi olyspnea effort, batuk, pembesaran jantung, irama derap bunyi S2 dan S4, pernafasan Cheyne stokes, takikardi dan kongesti vena pulmonalis.
Pada gagal jantung kanan terjadi fatique colema, anoreksia dan lambung. Pada pemeriksaan fisik biasa didapatkan hipertrofi jantung kanan, irama derap atrium kanan, tanda-tanda penyakit paru kronik, tekanan vena jugularis meningkat, asites hidrotorak, peningkatan tekanan vena, hepotomigali dan edemapitting, kandiomegali, sedangkan pada gagal jantung kongestif terjadi manifestasi gabungan antara gagal jantung kiri dan kanan.

D.    PATOFISIOLOGI
Mekanisme yang mendasari gagal jantung meliputi gangguan kemampuan kontraktifitas jantung yang menyebabkan curah jantung lebih rendah dari curah jantung normal CO = HR x SV dimana curah jantung (CO = Cardiac Output) adalah fungsi frekuensi jantung (HR = Heart Rate) volum sekuncup (SV = Stroke Volume).
Frekuensi jantung adalah fungsi system saraf otonom. Bila curah jantung berkurang, sistemik saraf simpatis akan mempercepat frekuensi jantung untuk mempertahankan diri untuk mempertahankan curah jantung. Tetapi pada gagal jantung pada masa itu utama kerusakan dan tekanan serabut otot jantung volume sekuncup berkurang dan Scurah jantung normal masih dapat dipertahankan. Volume sekuncup jumlah darah yang dipompa pada saat kontraksi tergantung pada tiga factor yaitu preload, kontraktifitas dan overload.
CO yang tidak adekuat memicu beberapa respon kompensasi yang berusaha untuk mempertahankan fungsi dua kali orang-orang tubuh vital.Respon awal adalah stimulus kepada setiap saraf simpatis yang menimbilkan dua pengaruh utama yaitu meningkatkan kecepatan dan kekuatan kontraksi miocorsium dan vasokonstriksi perifer. Vasokontriksi perifer menggeser kea rah darah arteri ke organ-organ yang kurang vital seperti kulit dalam ginjal dan juga ke organ-organ lain seperti otot. Kontraksi vena meninggalkan peregangan serabut otot cardium meningkatkan kontraktilitas.
Pada respon berdampak perbaikan terhadap kardiak, namun selanjutnya meningkatkan kebutuhan O2 untuk miokarsium dibawah garis kemampuan kontraksi. Bila orang tidak berada dalam kekurangan cairan untuk memulai status peningkatan volume ventrikel dengan mempercepat preload dan kegagalan komponer.
Jenis kompensasi yang kedua terdiri dari pengaktifan system renin angiotensin, penurunan darah dalam ginjal dan dampak dari kecepatan filtrosi glomerolus memicu terlepasnya renin yang terinfeksi dengan angiotensin I dan II yang selanjutnya berdampak vasokontriksi perifer dan peningkatan reabsorbsi Na dan H2O oleh ginjal. Kejadian ini meningkatkan volume dan mempertahankan tekanan dalam waktu singkat. Namun menimbulkan tekanan baik preload maupun afterload pada waktu jangka panjang.
Pada permulaan sebagian dari jantung mengalami kegagalan jantung dimulai dari vntrikel kiri. Namun karena kedua ventrikel merupakan bagian dari system ventrikel, maka ventrikel manapun dapat mengalami kegagalan. Gejala-gejala kegagalan jantung merupakan dampak dari CO dan kongesti yang terjadi pada system vena atau sisetem pulmonal atau system lainnya (Long, 1996 : 580).

E.     KOMPLIKASI
1.Syok kardiogenik
Syok kardiogenik ditandai oleh gangguan fungsi ventrikel kiri yang mengakibatkan gangguan fungsi ventrikel kiri yaitu mengakibatkan gangguan berat pada perfusi jaringan dan penghantaran oksigen ke jaringan yang khas pada syok kardiogenik yang disebabkan oleh infark miokardium akut adalah hilangnya 40 % atau lebih jaringan otot pada ventrikel kiri dan nekrosis vocal di seluruh ventrikel karena ketidakseimbangan antara kebutuhan dan supply oksigen miokardium.
2.Edema paru
Edema paru terjadi dengan cara yang sama seperti edema dimana saja didalam tubuh. Factor apapun yang menyebabkan cairan interstitial paru meningkat dari batas negative menjadi batas positif.

F.      PEMERIKSAAN PENUNJANG
1.      Electrocardiogram (ECG): Hipertrofi atrial atau ventricular, penyimpangan aksis, iskemia dan kerusakan pola mungkin terlihat dysritmia misalnya: tachycardia, fibrilasi atrial.
2.      Sonogram: Dapat menunjukkan dimensi pembesaran bilik, perubahan dalam fungsi atau struktur katup atau area penurunan kontraktilitas ventrikel.
3.      Scan jantung (multigooted adivisiton (MUGA): Tindakan penyuntikan fraksi dan memperkirakan geraka dinding.
4.      Kateterisasi jantung: Tekanan abnormal merupakan indikasi dna membantu membedakan gagal jantung sisi kanan versus kiri dan stenosis katup atau insufisiensi juga mengkaji potensi arteri koroner. Zat kontras disuntikkan ke dalam ventrikel menunjukkan ukuran abnormal dan perubahan kontraktilitas.
5.      Rontgent dada: Dapat menunjukkan pembesaran jantung. Bayangan mencerminkan dilatasi atau hipertropi bilik atau perubahan dalam pembuluh darah mencerminkan peningkatan tekanan pulmonal abnormal misalnya: pulgus pada pembesaran jantung kiri dapat menunjukkan aneurisma ventrikel.
6.      Enzim hepar: Meningkat dalam gagal atau kongesti hepar.
7.      Elektrolit: Mungkin berubah karena perpindahan cairan atau penurunan fungsi ginjal, terapi diuretic.
8.      Oksimetri nadi: Saturasi oksigen mungkin rendah, terutama jika gagal jantung kiri akut memperburuk PPOM atau gagal jantung kiri kronis.
9.      AGD: Gagal ventrikel ditandai dengan alkalosis respiratorik ringan (dini) atau hipoksemia sengan peningkatan PCO2 akhir.
10.  Kreatinin: Peningkatan BUN menandakan penurunan perfusi ginjal.
11.  Albumin/transforin serum: Mungkin menurun sebagai akibat penurunan masukan protein atau penurunan syntesis dalam hepar yang mengalami kongesti.
12.  HSD: Mungkin menentukan anemia, polysitemia atau perubahan kepekatan menandakan retensi air mungkin meningkat, menunjukkan infark akut.

G.    PENATALAKSANAAN
1.                  Istirahat
2.                  Diit, diit jantung, makanan lunak, rendah garam
3.                  Pemberian digitalis, membantu kontraksi jantung dan memperlambat frekuensi jantung. Hasil yang diharapkan peningkatan curah jantung, penurunan tekanan vena dan volume darah dan peningkatan diuresis akan mengurangi edema. Pada saat pemberian ini pasien harus dipantau terhadap hilangnya dispnea, ortopnea, berkurangnya krekel, dan edema perifer. Apabila terjadi keracunan ditandai dengan anoreksia, mual dan muntah namun itu gejala awal selanjutnya akan terjadi perubahan irama, bradikardi kontrak ventrikel premature, bigemini (denyut normal dan premature saling berganti ), dan takikardia atria proksimal
4.                  Pemberian Diuretic, yaitu unutuk memacu eksresi natrium dan air melalui ginjal. Bila sudah diresepkan harus diberikan pada siang hari agar tidak mengganggu istirahat pasien pada malam hari, intake dan output pasien harus dicatat mungkin pasien dapat mengalami kehilangan cairan setelah pemberian diuretic, pasien juga harus menimbang badannya setiap hari turgor kulit untuk menghindari terjadinya tanda-tanda dehidrasi
5.                  Pemberian oksigen
6.                  Terapi vasodilator dan natrium nitropurisida, obat-obatan vasoaktif merupakan pengobatan utama pada penatalaksanaan gagal jantung untuk mengurangi impedansi (tekanan) terhadap penyemburan darah oleh ventrikel.









BAB II
TINJAUAN KASUS

NAMA MAHASISWA                     : Ira Indra Imawati
Tanggal masuk klien                           : 13-06-2011/09.45 wib
Tanggal pengkajian                             : 13-06-2011/21.15 wib

A.    PENGKAJIAN
1.DATA BIOGRAFI
a.             Identitas klien
Nama                                       : Tn.A
Umur                                       : 59 tahun
Jenis kelamin                           : Laki-laki
Agama                                     : Islam
Alamat                                                : kebagoran 4/2 pejagoan
Tanggal masuk icu                  : 13-06-2011
Diagnosa medis                       : CHF (Congestif Heart Failure)
No RM                                    : 070680
b.      IDENTITAS PENAGGUNG JAWAB
Nama                                       : Ny.T
Umur                                       : 36 Tahun
Alamat                                                : kebagoran 4/2 pejagoan
Hubungan dengan klien                      : Anak
1.      RIWAYAT PENYAKIT
a.       Keluhan utama : Sesak nafas
b.      Riwayat penyakit sekarang : Pasien kiriman dari IGD dengan keluhan sesak nafas sudah sejak 3 bulan yang lalu, kumat-kumatan , sakit kepala, lemes, TD 160/110 mmHg, Nadi 102 x/m, RR 26 x/m dan Suhu 37 °C.
c.       Riwayat penyakit dahulu : Pasien tidak mengalam penyakit CHF (Congestif Heart Failure) sebelumnya, tetapi pesien mempunyai riwayat penyakit hipertensi.
d.      Riwayat penyakit keluarga : keluarga tidak mempunyai riwayat penyakit hipertensi dan CHF (Congestif Heart Failure) ataupun penyakit menular.

2.      PEMERIKSAAN FISIK
a.       Kesadaran : Compos metis GCS E4M6V5.
b.      Kepala: tidak ada jejas, tidak ada jahitan, bentuk mesochepalus.
c.       Mata: Sklera anikterik, konjungtiva anemis.
d.      Hidung: Tidak ada sekret, tidak terpasang NGT, tidak ada polip, tidak ada nafas cuping hidung.
e.       Mulut: tidak ada sekret, gigi kotor, membran mukosa lembab.
f.       Telinga: bentuk simetris, bersih, tidak tampak serumen.
g.      Leher: tidak ada pembesaran kelenjar thiroid
h.      Thoraks :                     I : bentuk dada simetris  tidak ada luka, ada retraksi dinding dada, menggunakan otot bantu pernafasan.
  P : ada udema pulmo
  P : tidak ada nyeri tekan
  A : bunyi jantung S1,S2 normal, bunyi paru krecels
i.        Abdomen:                   I : tidak ada lesi,tidak ada luka jahhitan, tidak ada acites
 A : bising usus 12 x/menit
 P : suara timpani
 P : tidak ada pembesaran hati, tidak ada nyeri tekan

j.        Ektrimitas: tidak terdapat edema kaki, ektremitas atas sinistra terpasang IVFD RL 12 TPM, tidak ada jejas, kekuatan otot ektremitas atas 5/5, kekuatan otot ekstremitas bawah 5/5.
k.      Genetalia: tidak terpasang DC,
l.        Kulit: akral hangat, turgor kulit cukup, CRT < 2 detik, tidak ada sianosis.
m.    TTV: TD 160/110 mmHg, Nadi : 102x/m, RR : 26 x/mnt, Suhu 37°C.


3.      PEMERIKSAAN PENUNJANG
Tgl
No
Jenis Pemeriksaan
Hasil
Ket
Normal
13/06/2011
1
2
3
4
5
GDS
Ureum
Creatinin
SGOT
SGPT
157 mg/dL
37,38 mg/dL
1,05 mg/dL
12 µL
21 µL
Naik
Naik
Normal
Normal
Normal
70-120 mg/dL
10,0-50,0 mg/dL
0,60-1,3 mg/dL
< 25
< 25



Tgl
No
Jenis Pemeriksaan
Hasil
Ket
Normal
13/06/11
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
WBC
RBC
HGB
LYM
MID
GRAN
HCT
MCV
MCH
MCHC
RDW-CV
RDW-SD
PLT
8,2 x103/µL
4,98 x 106/µL
15,8 g/µL
19,4 %L
10,8 %M
69,8 %G
39,3 %
79,0 FL
31,7 Pg
40,2 g/dL
 13,3 %
39,2 Fl
228x103 /µL
Normal
Normal
Normal
Normal
Normal
Normal
Normal
Normal
Normal
Normal
Normal
Normal
Normal
1,1-10,9 K/µL
4,20-6,30 M/µL
12,0-18,0 g/µL
0,6-4,1   22,0-40,0 %L
0,0-1,8   0,1-19,0 %M
2,0-7,8   36,0-66,0 %G
37,0-51,0 %
80,0-97,0 FL
26,0-32,0 Pg
31,0-36,0 g/dL
11,5-14,5 %
35,0-56,0 %
150-500 K/ µL



Tgl
No
Jenis pemeriksaan
Diagnosa
13/06/11

1



EKG




a.       HR 102 x/m
b.      Takikardi


4.      TERAPI
Tanggal
Nama obat
Dosis
Waktu pemberian
13/06/11
-          oral :
Carpiaton  
Cravit
Novales  
Q-ten
Zypras
Dulcolax
plazogrel
Monecto
-          injects :
ceftri
renatac
RL + 1Amp Aminop

1-0-0
0-1-0
0-0-1
1-0-1
0-0-1
0-0-II
0-1-0
2x1/2

1.2
2.1
12tpm

Pa
Si
Pa
Pa
Ma
Ma

Si
Pa              So


Pa              So
Pa              So








B.     ANALISA DATA
DATA FOKUS
PATHWAY
ETIOLOGI
PROBLEM
DS:
Pasien mengatakan sesak.
DO:
RR 26 x/m
Tampak retraksi dinding dada.
Penggunan otot bantu pernafasan.
Bunyi paru krecles
Edema pulmo







DS:
Pasien mengatakan sesak.
Pasien mengatakan sakit kepala
DO:
TD 160/110 mmHg
RR 26 x/m
Nadi 102 x/m
Fungsi pompa jantung kiri↓

Darah menumpuk di jantung kanan

Darah menumpuk di PD pulmo

Permeabilitas pembuluh darah pulmo ↑

Perpindahan cairan ke ektrasel

Edema paru → Pola nafas inefektif


Kompensasi jantung ↑

Suplay darah kejantung ↓

Kerja jantung ↓
02 ke jantung ↓

CHF              Metabolisme anaerob

SV ↓             CO↓

Curah jantung : penurunan
Hiperventilasi


















Kerusakan ventrikular
Ketidakefektifan
pola nafas

















Curah jantung :
penurunan

  1. DIAGNOSA KEPERAWATAN
a.       Ketidak efektifan Pola nafas b.d hiperventilasi
b.      Penurunan Curah jantung b.d Kerusakan ventrikular

  1. INTERVENSI
NO DX
Diagnosa keperawatan
Tujuan dan kriteria hasil
Intervensi/NIC
Dx I
Ketidakefektifan pola nafas
b.d Hiperventilasi
DS:
Pasien mengatakan sesak.
DO:
RR 26 x/m
Tampak retraksi dinding dada.
Penggunan otot bantu pernafasan.
Bunyi paru krecles
Edema pulmo
NOC :
1.      Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x24 jam, diharapkan :
a.       Tidak ada retraksi dinding dada
b.      Tidak menggunkan otot bantu pernafasan
c.       Bunyi paru vasikuler
d.      Menunjukkan jalan nafas yang paten RR 16-20 x/m
1.      -Monitor TD, nadi, suhu, dan RR
2.      -Monitor frekuensi & irama pernapasan.
3.      -Monitor aliran oksigen
4.      -Monitor adanya kecemasan pasien terhadap oksigenasi
5.      -Auskultasi suara nafas, catat adanya suara tambahan
6.      -Posisikan pasien semifowler untuk memaksimalkan ventilasi dan pertahankan posisi pasien.


NO
DX
Diagnosa keperawatan
Tujuan dan kriteria hasil
Intervensi
Dx II
Penurunan Curah jantung : b.d Kerusakan ventrikular
DS:
Pasien mengatakan sesak.
Pasien mengatakan sakit kepala
DO:
TD 160/110 mmHg
RR 26 x/m
Nadi 102 x/m

Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x24 jam diharapkan Curah jantung efektif dengan kriteria hasil :
1.      -Tekanan systole dan diastole dalam rentang yang diharapkan: systol 90-120 diastol 40-60.
2.      -Tidak ada tanda-tanda sianosis.
3.      -Bunyi jantung S1 dan S2
1.      -Monitor TD, nadi, suhu, dan RR
2.      -Catat bunyi jantung
3.      -Kaji kulit terhadap sianosis
4.      -Pantau intake dan output cairan
5.      -Berikan istirahat total pada pasien di tempat tidur
6.      -Berikan lingkungan tenang dan nyaman.
7.      -Batasi pengunjung
8.      -Kolaborasi :
9.      Berikan oksigen sesuai indikasi.
a.       Obat sesuai indikasi : Diuretik, vasodilator
b.      -Pantau EKG


E.     IMPLEMENTASI

No DX
TGL/JAM
IMPLEMENTASI
RESPON

1

1


1
1
1
1

1



2





2
2

2


2


13/06/11
22.00




22.15

23.00
23.15





23.30





23.35
14/06/11
05.00



05.30

-Memonitor TD, nadi, dan suhu


-Memonitor frekuensi, irama pernapasan.
-Memonitor aliran oksigen
-Auskultasi suara nafas
-Kolab: pemberian obat sesuai ind
-Memposisikan pasien semifowler dan pertahankan posisi pasien.
-Mengajari pasien nafas dalam



-Mengkaji kulit terhadap sianosis
-Memberikan istirahat total pada pasien di tempat tidur
-Memberikan lingkungan tenang dan nyaman.
-Membatasi pengunjung
-Kolaborasi :Berikan oksigen sesuai indikasi.
-Kolaborasi pemberian obat sesuai indikasi


Memantau intake dan output cairan

-S:37°CTD:150/100mmHg N:88x/m

-RR:24x/m teratur

-Sesak berkurang,
-Suara nafas crekels
-Tx masuk
-Sesak berkurang

-Pasien rileks



-Tidak sianosis
-Pasien tenang

-Pasien tenang &rileks

-Pasien tenang &rileks
-Oksigen binasal kanul 3l/m

-Sesak berkurang pasien tampak rileks


Inteke :500+1500=2000 cc
Out put :400+200=600cc








No DX
TGL/JAM
IMPLEMENTASI
RESPON

1
1

1
1

1



2
2

2


2


1&2

14/06/11
05.45


05.55
06.05

06.15



06.20
07.00

07.15


08.30


09.00



10.15



-Memonitor TD, nadi, dan suhu
-Memonitor frekuensi, irama pernapasan.
-Memonitor aliran oksigen
-Auskultasi suara nafas

-Memposisikan pasien semifowler dan pertahankan posisi pasien.
-Mengajari pasien nafas dalam

-Mengkaji kulit terhadap sianosis
-Memberikan istirahat total pada pasien di tempat tidur
-Memberikan lingkungan tenang dan nyaman.
-Membatasi penjenguk
-Kolaborasi :Berikan oksigen sesuai indikasi.

-Kolaborasi : Berikan obat sesuia indikasi
Zypras
Dulcolax
Kolaborasi dengan tim medis lain : visit dr. Sp,Pd

S:36,7°C TD:130/88mmHg N:75x/m RR:18x/m teratur

Sesak berkurang,
Suaran nafas vasikuler

Pasien rileks

Sesak berkurang

-Tidak sianosis
-Pasien tenang

-Pasien tenang


-sesak sudah berkurang


-Pasien tidak sesak dan rileks




No DX
TGL/JAM
IMPLEMENTASI
RESPON

1&2

1

1
1


1
1


2


2


2





2

11.30



12.00

12.15
13.00

13.30


14.15


14.30

14.35


15.00



17.00


-Memonitor TD, nadi, dan suhu

-Memonitor frekuensi, irama pernapasan.
-Memonitor aliran oksigen

-Auskultasi suara nafas.
-Kolaborasi: pemberian obat sesuai indikasi
-Memposisikan pasien semifowler dan pertahankan posisi pasien.

-Memantau intake dan output cairan


-Kaji kulit terhadap sianosis

-Memberikan istirahat total pada pasien di tempat tidur

-Memberikan lingkungan tenang dan nyaman.


-Kolaborasi pemberian obat sesuai indikasi
Novales ,Renapar,Carpiaton,Monecto

-S:37°C TD:130/86mmHg N:85x/m
RR: 20x/m teratur

-Klien sudah tidak memekai o2 lagi
-Suaran nafas vasikuler
-Tx masuk

-Tidak sesak,Pasien rileks


Inteke :500cc
Out put :1000+210=1210cc

-Tidak sianosis

-Pasien tenang


-Pasien tenang



-Pasien tidak sesak dan rileks
DX
TGL/JAM
IMPLEMENTASI
RESPON

1&2

1

1
1

2

18.00

18.15

18.30
20.55

21.00

-Memonitor TD, nadi, dan suhu

-Memonitor frekuensi, irama pernapasan
-Auskultasi suara nafas
-Kolab: pemberian obat sesuai indikasi
-Memantau intake dan output cairan



S:37°C TD:130/94mmHg N:91x/m
RR:18x/m teratur

Suara nafas vesikuler
Sesak berkurang, Tx masuk

Inteke :350+100=450 cc
Out put :60+300=360cc




F.      EVALUASI
NO DX
EVALUASI
14/06/2011 jam 06.00
14/06/2011 jam 14.00
14/06/2011 jam 20.00

DX I

















DX II

S:Pasien mengatakan sesak
O:RR:26x/m teratur
Suaran nafas crekels
A: Ketidakefektifan pola nafas
P: Lanjut intervensi
1.      Monitor TD, nadi, suhu, dan RR
2.      Monitor frekuensi & irama pernapasan.
3.      Monitor aliran oksigen
4.      Auskultasi suara nafas, catat adanya suara tambahan
5.      Posisikan pasien Kolab : Rongen bila perlu


S: Pasien mengatakan lemes
O:S:37°C N:102x/m TD:160/110mmHg ,EKG Takikardi
Inteke :500+1500=2000 cc
Out put:400+200=600cc

A: Penurunan Curah jantung
P: Lanjut intervensi
1.      Catat bunyi jantung, sianosis
2.      Pantau intake dan output cairan,
3.      Berikan istirahat total pada pasien di tempat tidur
4.      Kolaborasi :
a.       Berikan oksigen sesuai indikasi.


b.      Obat sesuai indikasi.
S:Pasien mengatakan tidak sesak
O:
RR:20x/m teratur
Suaran nafas vasikuler
A: Pola nafas efektif
P: Pertahankan kondisi
1.      Monitor TD, nadi, suhu, dan RR
2.      Monitor frekuensi & irama pernapasan.








S: Pasien mengatakan lemes
S:37°C TD:130/88mmHg N:75x/m


Inteke :500cc
Out put :1000+210cc

A: Penurunan Curah jantung
P: Lanjut intervensi
1.      Catat bunyi jantung, sianosis
2.      Pantau intake dan output cairan,
3.      Berikan istirahat total pada pasien di tempat tidur
4.       
5.      Kolaborasi :
a.       Berikan oksigen sesuai indikasi.

b.      Obat sesuai indikasi.
S:Pasien mengatakan tidak sesak
O:
RR:18x/m teratur
Suaran nafas vasikuler
A: Pola nafas efektif
P: Pertahankan kondisi
1.      Monitor TD, nadi, suhu, dan RR
2.      Monitor frekuensi & irama pernapasan.







S: Pasien mengatakan lemes
O:S:37°C TD:130/86mmHg N:85x/m, RR: 20x/m

Inteke :300+100=450 cc
Output :60+300=360cc
A: Penurunan Curah jantung
P: Lanjut intervensi
1.      Catat bunyi jantung, sianosis
2.      Pantau intake dan output cairan,
3.      Berikan istirahat total pada pasien di tempat tidur
4.       
5.      Kolaborasi :
a.       Obat sesuai indikasi.
b.      Pantau EKG

Tidak ada komentar:

Posting Komentar