Rabu, 21 Maret 2012

ASUHAN KEPERAWATAN PADA An.T DENGAN THYPOID DI RUANG INAYAH KAMAR 11 PKU MUHAMMADIYAH GAMBONG


ASUHAN KEPERAWATAN PADA An.T DENGAN  THYPOID
DI RUANG INAYAH KAMAR 11
PKU MUHAMMADIYAH GAMBONG
                                                                                                                                                

PENGKAJIAN
Tanggal masuk RS                    : 10-05-2011
Jam masuk RS                            : 19.45 WIB
Tanggal pengkajian                 : 15-05-2011
Jam pengkajian                         : 20.30 WIB
Pengkaji                                       : Ira Indra Imawati
1.       IDENTITAS KLIEN
Nama Klien                                 : An.T
Tempat/tgl lahir                        : Kebumen,06-11-2006
Umur                                            : 4,6 tahun
Jenis Kelamin                             : Perempuan
Suku                                              : Jawa
Bahasa yang dimengerti        : Jawa/Indonesia
Dx Medis                                     : Thypoid
No Rekam Medis                     : 0198092

Orang tua/wali                          :
Nama ayah/ibu/wali               : Tn.K
Pekerjaan ayah/ibu/wali      : Buruh
Alamat ayah/ibu/wali             : Wonorejo,1/2 karanganyar

2.       KELUHAN UTAMA
Pasien panas .

3.       RIWAYAT KELUHAN SAAT INI
Pada tanggal 10 mei 20011 pukul 19.45 WIB klien di bawa ke IGD PKU Muhammadiyah Gombong dengan keluhan panas sejak 5 hari yang lalu,pusing,mual,lemes,.Pada saat di IGD pasien mendapatkan terapy Aminopilin 2x300 g/l, amoxilin g/l, Infus RL 12tpm, puyer (Paracetamol 250mg 3x1).Tanda tanda vital Nadi di IGD; 110 x/mnt, suhu; 40º C, RR ; 16x/mnt. BB: 12Kg
Pasien dibawa ke bangsal inayah sekitar jam 20.00 WIB. Pada saat di ruangan Kondisi klien tampak lemas,akral hangat,pusing,pasien mual,tidak mau makan,  tanda tanda vital; S: 3880C, N: 100x/m, R:20x/m.

4.       RIWAYAT KESEHATAN  MASA LALU
1.                   Prenatal                                               :
Selama kehamilan ibu klien melakukan ANC ke bidan secara teratur sesuai dengan anjuran dari bidan, selama hamil tidak ada keluhan dan penyakit yang diderita ibu klien
2.                   Perinatal dan post natal                :
An. N lahir spontan ditolong bidan, BBL 3,2kg, langsung menangis.
3.                   Penyakit yang pernah diderita   :
Ibu klien mengatakan anaknya tidak pernah sakit yang mengharuskan dirawat di RS, baru kali ini.
4.                   Hospitalisasi/tindakan operasi    :
Klien belum pernah mengalami hospitalisasi sebelum sakit yang sekarang.
5.                   Injuri/kecelakaan             :
Ibu klien mengatakan anaknya belum pernah mengalami kecelakaan.
6.                   Alergi                    :
Ibu klien mengatakan anaknya tidak mempunyai riwayat alergi demikian juga dengan keluarga, tidak ada yang mempunyai riwayat alergi.
7.                   Imunisasi dan tes laboratorium  :
Ibu klien mengatakan anaknya sudah mendapatkan imunisasi lengkap.
8.                   Pengobatan                       :
Apabila klien sakit ibu klien membawa ke bidan atau dokter.
       
5.       RIWAYAT SOSIAL      :
1.                   Yang mengasuh                :
Yang mengasuh klien adalah ibunya sendiri
2.                   Hubungan dengan anggota keluarga :
Hubungan dengan keluarga dan orang lain baik, komunikasi  masih belum lancar karena masih dalam taraf perkembangan.
3.                    Hubungan dengan teman sebaya            :
Hubungan dengan teman sebaya baik
4.                   Pembawaan secara umum :
Klien nampak pendiam, kooperatif, tidak takut dengan petugas

6.       RIWAYAT KELUARGA
1.                   Sosial ekonomi  :
Ibu klien sebagai seorang ibu rumah tangga  dan bapak klien sebagai buruh.
2.                   Lingkungan rumah           :
Ibu klien mengatakan lingkungan rumahnya cukup bersih dan ventilasi udara cukup, lantai rumah dari semen, jumlah jendela 6 buah, tidak ada sumber polusi yang dekat dengan rumahnya.
3.                   Penyakit keluarga            :
Tidak ada anggota keluarga, saudara yang mempunyai penyakit menular ataupun menurun.

7.       PENGKAJIAN TINGKAT PERKEMBANGAN SAAT INI
1.                    Personal sosial
Pada usia 4,6 tahun sesuai DDST klien sudah bisa memakai baju, gosok gigi dengan bantuan ibunya, cuci dan mengeringkan tangan, menyebutkan nama temanya.
2.                   Motorik halus
Pada usia 4,6 tahun sesuai DDST klien sudah bisa membuat menara dari 6 kubus,meniru garis vertikal.
3.                   Bahasa
Pada usia 4,6 tahun sesuai DDST klien sudah bisa bicara cukup mengerti, menyebut 4 gambar, mengatakan 2 nama kegiatan
4.                   Motorik kasar
Pada usia 4,6 tahun sesuai DDST klien sudah bisa melompat dan melempar bola lengan ke atas
Interpretasi
Pertumbuhan dan perkembangan normal


8.       PENGKAJIAN POLA KESEHATAN KLIEN
1.                   Pemeliharaan kesehatan :
Selama ini apabila anaknya sakit atau ada anggota keluarga yang sakit maka akan priksa ke bidan kalau tidak sembuh dibawa ke dokter ataupun di bawa ke rumahsakit
2.                   Nutrisi :
Saat ini klien mendapatkan diet bubur kasar ,ibu klien mengatakan klien susah makan sejak sebelum sakit biasanya hanya makan pagi dan sore saja dan paling hanya 8- 10 sendok makan, pada saat dikaji ibu klien mengatakan klien makan hanya 1-3 sendok. Ibu klien mengatakan anaknya muntah.
3.                   Cairan :
Sebelum sakit klien minum susu 1-3 gelas perhari,  selama sakit klien minum susu 1 gelas dan kadang minum air putih serta mendapatkan terapi cairan IV RL.
4.                   Aktivitas :
Sebelum sakit klien tidak ada keluhan dalam aktifitasnya, dapat bermain dengan teman-teman sebayanya di rumah, sekarang klien hanya tiduran, tidak bisa beraktifitas seperti biasanya, ADL dibantu oleh ibunya dan perawat.
5.                   Tidur dan istirahat :
Sebelum sakit klien tidur sekitar pukul 19.30 s.d 05.00, tidur siang 2x  dengan konsistensi 1 jam , pada saat sakit klien tidur sekitar jam 20.00  sampai jam 05.00, tidur siang sekitar 3 jam dengan konsistensi 1 jam.
6.                   Eliminasi :
Sebelum sakit klien biasanya BAB 1x /hari BAK: 4-6x/hari
Pada saat dikaji klien BAB 1x konsistensi padat dan BAK 3-4x/hari
7.                   Pola hubungan :
Hubungan dengan orang tua baik, dengan orang lain dan perawat baik.
8.                   Koping atau temperamen dan disiplin yang diterapkan :
Orang tua klien memberikan kebebasan kepada anaknya untuk bermain bersama teman-temannya asalkan tidak melebihi waktunya  beristirahat.
9.                   Kognitif dan persepsi :
Tidak ada keluhan tentang penglihatan, penciuman, pendengaran dan perabaan, klien  berumur 4,6 tahun kemampuan kognitifnya baik,
10.               Konsep diri :
Ibu klien mengatakan pingin anaknya cepat sembuh karena tidak tega melihat anaknya sakit.
11.               Seksual dan menstruasi :
Klien berjenis kelamin perempuan usia 4,6 tahun, belum mengalami menstruasi.
12.               Nilai :
Tidak ada nilai-nilai keluarga yang bertentangan dengan kesehatan.

9.       PEMERIKSAAN FISIK :
1.                   Keadaaan umum :
1.                   Tingkat kesadaran : composmentis.
2.                   S: 3880C, N: 100x/m, R:20x/m.
3.                   BB; 11  kg ,TB; 105 cm , LLA ; 18 cm , LK; 49 cm,LD; 60cm
2.                   Kulit :
Warna sawo matang, kulit teraba hangat, kuku pendek dan bersih, turgor kulit menurun,
3.                   Kepala :
Bentuk mesochepal, warna rambut hitam, lurus, tersisir rapi dan bersih.
4.                   Mata :
Simetris, sklera tidak ikterik, konjungtiva anemis.
5.                   Telinga :
Simetris, discharge (-) bersih, bentuk normal.
6.                   Hidung :
Simetris, discharge (-), bentuk normal,
7.                   Mulut :
Simetris, mukosa bibir kering, gigi normal, bersih, karies (-),
Lidah kotor/ putih
8.                   Leher :
JVP tidak meningkat, tidak ada pembesaran limponodi.
9.                   Dada :
Paru-paru
I               : Simetris, tidak ada retraksi dinding dada
P             : tidak ada nyeri tekan
P             : sonor
A             : vesikuler

Jantung
S1-S2 murni, tak ada murmur, bising (-).
10.               Payudara :
Tak ada keluhan, simetris.
11.               Abdomen :
I               : terlihat membesar
A             : bunyi bising usus 10x/m
P             :perut kembung, agak keras
P             :bunyi thimpany
12.               Genetalia :
Tak ada keluhan.
13.               Muskuleskeletal :
Tak ada keluhan, pergerakan sendi sesuai jenis, ROM baik.
14.               Neurologi :
Normal, tak ada keluhan.

10.   PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK PENUNJANG
a.Lab darah
Tanggl           :15-05-2011
Pukul             :10.44 WIB
Pemeriksaan
Hasil
Nilai normal
Bilirubin total
0,90 mg/dl
0.00-1.00
Bilirubin direk
0.30 mg/dl
< 0,20
SGOT
22.0 u/l
40.0 u/l
SGPT
   23.0 u/l
41.0 u/l
Leokosit
12.61
4.80-10.80
Eritrosit
4.52
4.20- 5.40
Hemoglobin
11,9 g/dl
12-16 g/dl
Hematokrit
34.9 %
37-47 g/dl
MCV
   77.2
79-99
MCH
34.1 g/dl
33.0-47.0
Trombosit
178x 10 /ul
82.0-95.0
HbSag
Negative
negatif
Gol. Darah
O
-
Widal (+)



C. Terapi
Tanggal
Per-oral
Per-interal

Paracetamol 250 mg    
         Ctm                      3x1

Curliv 2x1

1.                   Ceftriaxon 2x 3 mg
2.                   Dexa 3 x2 mg
3.                   Sotatic 2x 1 ½
4.                   N. 500 /drip
5.                   Inffus RL 20 tpm
6.                   D5 15 tpm

1.       ANALISA DATA

No
Data
Etiologi
Problem
1
DS : ibu Klien mengatakan anaknya badan nya panas
DO :
1.                   klien tampak lemas,   
2.                   akral teraba hangat
3.                   Suhu: 3880C
4.                   Nadi: 100x/ menit
5.                   RR: 20x/ menit
Proses infekksi salmonella thypi

Hipertermi
2
DS:
P: ibu pasien mengatakan anak nya nyeri bila untuk beraktifitas/bergerak hilang apabila saat beristirahat.
Q : ibu  pasien mengatakan nyeri anak  nya seperti ditusuk-tusuk
R: ibu Pasien mengatakan nyeri anak nya pada perut bagian kanan atas.
S: Skala nyeri 4
T: nyeri timbul hingga 5 menit
DO:
Wajah pasien tampak menahan nyeri
N :100x/mnt
S : 38 C
RR: 20x/mnt
Ps lemah, ps    tampak gelisah, ps   merintih kesakitan
        Nafsu makan menurun, mual (+)
        Konjungtiva  anemis
       Akral hangat
Pasien menangis
Proses inflamasi
nyeri
3
DS : - ibu klien mengatakan klien makan susah hanya 1-3 sendok.
6.                   Ibu klien mengatakan anaknya muntah ± 2-3x setiap makan
7.                   ibu Klien mengatakan anaknya badan nya panas
DO :
8.                   klien muntah
9.                   BB : 11 kg
10.               Porsi makan dari RS hanya dimakan 1-3 sendok

Anoreksia ( mual dan muntah)
Resiko nutrisi kurang dari kebutuhan



2.       PRIORITAS MASALAH
1.                                                                                                                             Hipertermi berhubungan dengan proses infeksi salmonella thypi
2.                                                                                                                             Nyeri b.d proses inflamasi
3.                                                                                                                             Resiko nutrisi kurang dari kebutuhan b.d anoreksia ( mual & muntah)

3.       RENCANA KEPERAWATAN
No
Diagnoses
Tujuan
intervensi
1
Hipertermi berhubungan dengan proses ifeksi salmonella thypi
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2 x 24 jam diharapkan suhu tubuh normal engan KH: Mempertahaankan suhu tubuh dalam batas normal
1.                   Mengobserfasi  tanda – tanda vital
2.                   Pantau aktifitas kejang
3.                   Pantau hidrasi
4.                   Berikan kompres air biasa
5.                   Pemberian terapi 0bat anti piretik sesuai program
2
Nyeri b.d proses inflamasi

Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2x24 jam diharapkan nyeri berkurang,dengan KH:
Skala  nyeri menjadi 3
Pasien nampak lebih rileks
1.                   Pasien mampu mengontrol nyeri
a.monitor KU
b.kaji tingkat nyeri intensitas dan skala nyeri
c.jelaskan penyebab nyeri
d.ajarkan teknik distraksi relaksasi(nafas dalam)
e.posisikan pasien senyaman mungkin
f.kolaborasi dengan tim medis  pemberian obat analgesik
3
Resiko nutrisi kurang dari kebutuhan b.d anoreksia ( mual, muntah)
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2 x 24 jam kebutuhan nutrisi adekuat dengan kriteria hasil :
2.    Klien tidak muntah
3.    Porsi makan yang disediakan habis


1.                   Kaji pola dan kebiasaan makan
2.                   Observasi adanya muntah
3.                   Menganjurkan keluarga untuk memberi makanan dalam porsi kecil tapi sering dan tidak merangsang produksi asam (biskuit)
4.                   Memberikan terapi pemberian cairan dan nutrisi sesuai program
5.                   Memberikan terapi pemberian anti emetik sesuai program


1.       IMPLEMENTASI
1.                   Hipertermi b.d proses infeksi salmonella thypi
Tgl
Implementasi
Respon pasien
Ttd
15-05-2011
1.                   Mengukur   tanda – tanda vital
2.                   Memantau  aktifitas kejang
3.                   Menganjurkan  keluarga untuk memberikan sedikit minum tapi sering
4.                   memberikan kompres hangat
5.                   memberikan terapi sesuai program
1.                   S: 37,80 C, N: 100x/m, R:20x/m.

        

2.                   Pasien tidak mengalami kejang


3.                   Klien sedikit-sedikit mau minum




4.                   Pasien dikompres pake air hangat


5.                   Terapi diberikan

16-05-2011
1.                   Mengukur  kembali tanda – tanda vital
2.                   Memantau  kembali aktifitas kejang
3.                   Menganjurkan  kembali keluarga untuk memberikan sedikit minum tapi sering
4.                   memberikan kompres hangat
5.                   memberikan kembali terapi sesuai program
6.                   S: 36,8C, N: 100x/m, R:20x/m.

        

7.                   Pasien tidak mengalami kejang



8.                   Klien sedikit-sedikit mau minum




9.                   Pasien sudah tidak dikompres


10.               Terapi diberikan

       
2. Nyeri b.d proses inflamasi
                                       
Tgl
Implementasi
Respon pasien
Ttd
15-05-2011
1.          Monitor KU / TTV
2.          Mengkaji skala nyeri
3.          Memberikan posisi yang nyaman.
4.          Mengajarkan teknik relaksasi
5.          Memberikan motivasi untuk kompres air hangat pada bagian yang sakit
6.          Memberikan terapi obat analgesik

Keadaan pasien lemah
N : 100 x/mnt
R : 20 x/mnt
S : 37 C

Skala nyeri 4



-terapi masuk


1.                   Resiko nutrisi kurang dari kebutuhan b.d anoreksia ( mual, muntah)
Tgl
Implementasi
Respon pasien
Ttd
15-05-2011



1.                   Mengkaji pola dan kebiasaan makan
2.                   Mengobservasi  adanya muntah
3.                   Menganjurkan keluarga untuk memberi makanan dalam porsi kecil tapi sering dan tidak merangsang produksi asam (biskuit)
4.                   Memberikan terapi pemberian cairan dan nutrisi sesuai program
5.                   Memberikan terapi pemberian anti emetik sesuai program

Klien makan hanya 1-3sdm


klien sudah muntah 1x


Ibu klien mengatakan anaknya masih susah makan









Infus RL terpasang  20tpm





Terapi diberikan

16-05-2011
6.                   Mengkaji kembali pola dan kebiasaan makan
7.                   Mengobservasi  kembali adanya muntah
8.                   Menganjurkan kembali pada keluarga untuk memberi makanan dalam porsi kecil tapi sering dan tidak merangsang produksi asam
9.                   Memberikan kembali terapi pemberian cairan dan nutrisi sesuai program
10.               Memberikan kembali terapi pemberian obat anti emetik sesuai program
1.         Klien menghabiskan ¼  porsi dari RS



2.         Klien sudah tidak muntah terus


3.         Klien terlihat makan biskuit,pisang











4.         Infus RL terpasang 20 tpm





5.         Terapi diberikan



2.                   EVALUASI

Hari / tanggal
SOAP
Ttd
Rabu
18-05-2011



















S: ibu klien mengatakan anaknya sudah tidak panas
O: klien masih tampak lemas,
1.                   klien sudah tdak muntah
2.                   Suhu: 36 C
3.                   Nadi: 90x/ menit
4.                   RR: 20x/ menit
A: masalah teratasi sebagian
P: pertahankan intervensi






Rabu
18-05-2011
S: ibu Pasien mengatakan ,anak nya sudah tidak nyeri perut
O: pasien nampak rileks
A: Masalah teratasi
P: pertahankan intervensi
Motivasi pasien untuk tetap melakukan teknik relaksasi distraksi (nafas dalam) bila nyeri timbul
Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian analgesik

Rabu
18-5-2011
S:
- S: ibu klien mengatakan ,klien setiap habis makan sudah berkurang muntah nya.
O: klien masih muntah 1x
5.                   BB : 11kg
6.                   Porsi makan dari RS hanya dimakan ¼ porsi
A: masalah teratasi
P: pertahankan intervensi




























ASUHAN KEPERAWATAN PADA An.T DENGAN  THYPOID
DI RUANG INAYAH KAMAR 11
PKU MUHAMMADIYAH GOMBONG
                                                                                                                                                



Logo




Disajikan Sebagai Tugas
Pada Pembelajaran Anak
Program Pendidikan S1 Ilmu Keperawatan Muhammadiyah Gombong


Oleh :
Pupupt Dwi Utmi
( A1.0800462 )



SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MUHAMMADIYAH
GOMBONG
2011





PENGESAHAN

Lembar pengesahan  :

                                                                                          Laporan Kasus                    
ASUHAN KEPERAWATAN PADA An.T DENGAN  THYPOID  DI RUANG INAYAH KAMAR 11 PKU MUHAMMADIYAH GAMBONG
                                                                                                                                                


Telah disetujui pada hari / tanggal :



Pembimbing lahan                                                                                                          Mahasiswa


( Tulo Bariyem, S.Kep )                                                                                 (Puput Dwi Utami)


                                                                                Pembimbing Akademik


                                                                                (Tyas, S.kep.Ns)








BAB I
PENDAHULUAN

1.                   Latar Belakang
Di Indonesia demam thypoid jarang dijumpai secara epidemic , tetapi lebih sering bersifat seporadis, terpencar-pencar di suatu daerah, dan jarang menimbulkan lebih dari satu kasus pada orang-orang serumah. Pasien anak yang ditemukan berumur diatas 1 tahun.
Demam tifoid adalah penyakit menular yang bersifat akut, yang ditandai dengan bakterimia, perubahan pada sistem retikuloendotelial yang bersifat difus, pembentukan mikroabses dan ulserasi Nodus peyer di distal ileum. (Soegeng Soegijanto, 2002)
Masa inkubasi demam thypoid berlangsung selama 7-14 hari (bervariasi antara 3-60 hari) bergantung jumlah dan strain kuman yang tertelan. Selama masa inkubasi penderita tetap dalam keadaan asimtomatis. (Soegeng soegijanto, 2002)
BP RSUD Kebumen adalah salah satu Rumah Sakit daerah yang mengelola berbagai penyakit, termasuk penyakit thipoid. Bangsal Melati adalah salah satu bangsal di BP RSUD Kebumen yang mengelola pasien anak. Di Bangsal Melati pada bulan april terdapat 10 pasien anak yang menderita penyakit thypoid.
Dalam minggu pertama, keluhan dan gejala menyerupai penyakit infeksi akut pada umumnya seperti demam, nyeri kepala, anoreksia, mual, muntah, diare, konstipasi, serta suhu badan yang meningkat.
Pada minggu kedua maka gejala/tanda klinis menjadi makin jelas, berupa demam remiten, lidah tifoid, pembesaran hati dan limpa, perut kembung, bisa disertai gangguan kesadaran dari ringan sampai berat. Lidah tifoid dan tampak kering, dilapisi selaput kecoklatan yang tebal, di bagian ujung tepi tampak lebih kemerahan. (Ranuh, Hariyono, dan dkk. 2001)

2.                   Konsep Dasar
1.                   Definisi
Typhoid adalah penyakit infeksi sistemik akut yang disebabkan infeksi salmonella Thypi. Organisme ini masuk melalui makanan dan minuman yang sudah terkontaminasi oleh faeses dan urine dari orang yang terinfeksi kuman salmonella.
                                                                             ( Bruner and Sudart, 1994 ).

Typhoid adalah penyakit infeksi akut usus halus yang disebabkan oleh kuman salmonella Thypi
                                                                              ( Arief Maeyer, 1999 ).

Typhoid adalah penyakit infeksi akut usus halus yang disebabkan oleh kuman salmonella thypi dan salmonella para thypi A,B,C. sinonim dari penyakit ini adalah Typhoid dan paratyphoid abdominalis
                                                                             ( Syaifullah Noer, 1996 ).

Typhoid adalah penyakit infeksi pada usus halus, typhoid disebut juga paratyphoid fever, enteric fever, typhus dan para typhus abdominalis
                                                                             (.Seoparman, 1996).
Typhoid adalah suatu penyakit pada usus yang menimbulkan gejala-gejala sistemik yang disebabkan oleh salmonella typhosa, salmonella type A.B.C. penularan terjadi secara pecal, oral melalui makanan dan minuman yang terkontaminasi
                                                                            (Mansoer Orief.M. 1999).

Dari beberapa pengertian diatasis dapat disimpulkan sebagai berikut, Typhoid adalah suatu penyakit infeksi usus halus yang disebabkan oleh salmonella type A. B dan C yang dapat menular melalui oral, fecal, makanan dan minuman yang terkontaminasi.


2.                   ETIOLOGI
Etiologi typhoid adalah salmonella typhi. Salmonella para typhi A. B dan C. Ada dua sumber penularan salmonella typhi yaitu pasien dengan demam typhoid dan pasien dengan carier. Carier adalah orang yang sembuh dari demam typhoid dan masih terus mengekresi salmonella typhi dalam tinja dan air kemih selama lebih dari 1 tahun.

C.PATOLOGI ANATOMI
Susunan saluran pencernaan terdiri dari : Oris (mulut), faring (tekak), esofagus (kerongkongan), ventrikulus (lambung), intestinum minor (usus halus),  intestinum mayor (usus besar ), rektum dan anus.    Pada kasus demam tifoid, salmonella typi berkembang biak di usus halus (intestinum minor). Intestinum minor adalah bagian dari sistem pencernaan makanan yang berpangkal pada pilorus dan berakhir pada seikum, panjangnya ±  6 cm, merupakan saluran paling panjang tempat proses pencernaan dan absorbsi hasil pencernaan yang terdiri dari  :  lapisan usus halus, lapisan mukosa  (sebelah dalam), lapisan otot melingkar (M sirkuler), lapisan otot memanjang (muskulus longitudinal) dan lapisan serosa (sebelah luar).
Usus halus terdiri dari duodenum (usus 12 jari), yeyenum dan ileum.   Duodenum disebut juga usus dua belas jari, panjangnya ± 25 cm, berbentuk sepatu kuda melengkung ke kiri pada lengkungan ini terdapat pankreas.  Dari bagian kanan duodenum ini terdapat selapu t lendir yang membukit yang disebut papila vateri.  Pada papila vateri ini bermuara saluran empedu (duktus koledikus) dan saluran pankreas (duktus wirsung/duktus pankreatikus).   Dinding duodenum ini mempunyai lapisan mukosa yang banyak mengandung kelenjar, kelenjar ini disebut kelenjar brunner yang berfungsi untuk memproduksi getah intestinum.
Yeyenum dan ileum mempunyai panjang sekitar ±  6 meter.  Dua perlima bagian atas adalah yeyenum dengan panjang ± 23 meter dari ileum dengan panjang 4 – 5 m.  Lekukan yeyenum dan ileum  melekat pada dinding abdomen posterior dengan perantaraan lipatan peritonium yang berbentuk kipas dikenal sebagai mesenterium.
Akar mesenterium memungkinkan keluar dan masuknya cabang-cabang arteri dan vena mesenterika superior, pembuluh limfe dan saraf ke ruang antara 2 lapisan peritonium yang membentuk mesenterium.  Sambungan antara yeyenum dan ileum tidak mempunyai batas yang tegas.
Ujung dibawah ileum berhubungan dengan seikum dengan perantaraan lubang yang bernama orifisium ileoseikalis.  Orifisium ini diperlukan oleh spinter ileoseikalis dan pada bagian ini terdapat katup valvula seikalis atau valvula baukhim yang berfungsi untuk mencegah cairan dalam asendens tidak masuk kembali ke dalam ileum.
Mukosa usus halus.  Permukaan epitel yang sangata luas melalui lipatan mukosa dan mikrovili memudahkan pencernaan dan absorbsi.  Lipatan ini dibentuk oleh mukosa dan sub mukosa yang dapat memperbesar permukaan usus.  Pada penampang melintang vili dilapisi oleh epitel dan kripta yag menghasilkan bermacam-macam hormon jaringan dan enzim yang memegang peranan aktif dalam pencernaan.
Didalam dinding mukosa terdapat berbagai ragam sel, termasuk banyak leukosit.  Disana-sini terdapat beberapa nodula jaringan limfe, yang  disebut kelenjar soliter.  Di dalam ilium terdapat kelompok-kelompok nodula itu.  Mereka membentuk tumpukan kelenjar peyer dan dapat berisis 20 sampai 30 kelenjar soliter yang panjangnya satu  sentimeter  sampai beberapa sentimeter.  Kelenjar-kelenjar ini mempunyai fungsi melindungi dan merupakan tempat peradangan pada demam usus (tifoid).  Sel-sel Peyer’s  adalah sel-sel dari jaringan limfe dalam membran mukosa.  Sel tersebut lebih umum terdapat pada ileum daripada yeyenum.  ( Evelyn  C. Pearce, 2000)
D.PATOFISIOLOGI
Penularan salmonella thypi dapat ditularkan melalui berbagai cara, yang dikenal dengan 5F yaitu Food(makanan), Fingers(jari tangan/kuku), Fomitus (muntah), Fly(lalat), dan melalui Feses.
Feses dan muntah pada penderita typhoid dapat menularkan kuman salmonella thypi kepada orang lain. Kuman tersebut dapat ditularkan melalui perantara lalat, dimana lalat akan hinggap dimakanan yang akan dikonsumsi oleh orang yang sehat. Apabila orang tersebut kurang memperhatikan kebersihan dirinya seperti mencuci tangan dan makanan yang tercemar kuman salmonella thypi masuk ke tubuh orang yang sehat melalui mulut. Kemudian kuman masuk ke dalam lambung, sebagian kuman akan dimusnahkan oleh asam lambung dan sebagian lagi masuk ke usus halus bagian distal dan mencapai jaringan limpoid. Di dalam jaringan limpoid ini kuman berkembang biak, lalu masuk ke aliran darah dan mencapai sel-sel retikuloendotelial. Sel-sel retikuloendotelial ini kemudian melepaskan kuman ke dalam sirkulasi darah dan menimbulkan bakterimia, kuman selanjutnya masuk limpa, usus halus dan kandung empedu.
Semula disangka demam dan gejala toksemia pada typhoid disebabkan oleh endotoksemia. Tetapi berdasarkan penelitian eksperimental disimpulkan bahwa endotoksemia bukan merupakan penyebab utama demam pada typhoid. Endotoksemia berperan pada patogenesis typhoid, karena membantu proses inflamasi lokal pada usus halus. Demam disebabkan karena salmonella thypi dan endotoksinnya merangsang sintetis dan pelepasan zat pirogen oleh leukosit pada jaringan yang meradang.
E..KOMPLIKASI
a. Komplikasi intestinal
1) Perdarahan usus
2) Perporasi usus
3) Ilius paralitik
b. Komplikasi extra intestinal
1) Komplikasi kardiovaskuler : kegagalan sirkulasi (renjatan sepsis), miokarditis, trombosis, tromboplebitis.
2) Komplikasi darah : anemia hemolitik, trobositopenia, dan syndroma uremia hemolitik.
3) Komplikasi paru : pneumonia, empiema, dan pleuritis.
4) Komplikasi pada hepar dan kandung empedu : hepatitis, kolesistitis.
5) Komplikasi ginjal : glomerulus nefritis, pyelonepritis dan perinepritis.
6) Komplikasi pada tulang : osteomyolitis, osteoporosis, spondilitis dan arthritis.
7) Komplikasi neuropsikiatrik : delirium, meningiusmus, meningitis, polineuritis perifer, sindroma Guillain bare dan sidroma katatonia.
F.PENATALAKSANAAN
1.                  Perawatan
1.                   Klien diistirahatkan 7 hari sampai demam tulang atau 14 hari untuk mencegah komplikasi perdarahan usus.
2.                    Mobilisasi bertahap bila tidak ada panas, sesuai dengan pulihnya tranfusi bila ada komplikasi perdarahan.
2.                  Diet
1.                                          Diet yang sesuai ,cukup kalori dan tinggi protein.
2.                   Pada penderita yang akut dapat diberi bubur saring.
3.                   Setelah bebas demam diberi bubur kasar selama 2 hari lalu nasi tim.

4 komentar: