ASUHAN KEPERAWATAN
PADA An.T DENGAN THYPOID
DI RUANG INAYAH
KAMAR 11
PKU MUHAMMADIYAH GAMBONG
PENGKAJIAN
Tanggal
masuk RS : 10-05-2011
Jam masuk RS :
19.45 WIB
Tanggal
pengkajian : 15-05-2011
Jam
pengkajian : 20.30
WIB
Pengkaji
: Ira Indra Imawati
1. IDENTITAS
KLIEN
Nama Klien : An.T
Tempat/tgl lahir : Kebumen,06-11-2006
Umur :
4,6 tahun
Jenis Kelamin :
Perempuan
Suku :
Jawa
Bahasa yang dimengerti : Jawa/Indonesia
Dx
Medis :
Thypoid
No Rekam Medis : 0198092
Orang tua/wali :
Nama ayah/ibu/wali : Tn.K
Pekerjaan ayah/ibu/wali : Buruh
Alamat ayah/ibu/wali : Wonorejo,1/2 karanganyar
2. KELUHAN
UTAMA
Pasien
panas .
3. RIWAYAT
KELUHAN SAAT INI
Pada tanggal 10 mei 20011 pukul 19.45 WIB klien di bawa ke IGD PKU Muhammadiyah Gombong
dengan keluhan panas sejak 5
hari yang lalu,pusing,mual,lemes,.Pada saat di IGD pasien mendapatkan
terapy Aminopilin 2x300 g/l, amoxilin
g/l, Infus RL 12tpm, puyer (Paracetamol
250mg 3x1).Tanda tanda vital Nadi
di IGD; 110 x/mnt, suhu; 40º C, RR ; 16x/mnt. BB: 12Kg
Pasien dibawa ke bangsal inayah sekitar jam 20.00 WIB. Pada saat di ruangan Kondisi klien tampak
lemas,akral hangat,pusing,pasien
mual,tidak mau makan, tanda tanda vital;
S: 3880C, N: 100x/m, R:20x/m.
4. RIWAYAT
KESEHATAN MASA LALU
1.
Prenatal :
Selama kehamilan ibu klien melakukan ANC ke bidan secara teratur sesuai dengan
anjuran dari bidan, selama
hamil tidak ada keluhan dan penyakit yang diderita ibu klien
2.
Perinatal dan post natal :
An. N lahir spontan ditolong bidan, BBL 3,2kg, langsung menangis.
3.
Penyakit yang pernah diderita :
Ibu klien mengatakan anaknya tidak pernah sakit yang mengharuskan dirawat di RS,
baru kali ini.
4.
Hospitalisasi/tindakan operasi :
Klien belum pernah mengalami hospitalisasi
sebelum sakit yang sekarang.
5.
Injuri/kecelakaan :
Ibu klien mengatakan anaknya belum pernah
mengalami kecelakaan.
6.
Alergi :
Ibu klien mengatakan anaknya tidak mempunyai
riwayat alergi demikian juga dengan keluarga, tidak ada yang mempunyai riwayat
alergi.
7.
Imunisasi dan tes laboratorium :
Ibu klien mengatakan anaknya sudah
mendapatkan imunisasi lengkap.
8.
Pengobatan :
Apabila klien sakit ibu
klien membawa ke bidan atau dokter.
5. RIWAYAT
SOSIAL :
1.
Yang mengasuh :
Yang mengasuh klien adalah ibunya sendiri
2.
Hubungan dengan anggota keluarga :
Hubungan dengan keluarga dan orang lain baik,
komunikasi masih belum lancar karena masih dalam taraf
perkembangan.
3.
Hubungan
dengan teman sebaya :
Hubungan dengan teman sebaya baik
4.
Pembawaan secara umum :
Klien nampak pendiam, kooperatif, tidak takut dengan petugas
6. RIWAYAT
KELUARGA
1.
Sosial ekonomi :
Ibu klien sebagai seorang ibu rumah tangga
dan bapak klien sebagai buruh.
2.
Lingkungan rumah :
Ibu klien mengatakan lingkungan rumahnya
cukup bersih dan ventilasi udara cukup, lantai rumah dari semen, jumlah jendela
6 buah, tidak ada sumber
polusi yang dekat dengan rumahnya.
3.
Penyakit keluarga :
Tidak ada anggota keluarga, saudara yang
mempunyai penyakit menular ataupun menurun.
7. PENGKAJIAN
TINGKAT PERKEMBANGAN SAAT INI
1.
Personal sosial
Pada
usia 4,6 tahun sesuai DDST
klien sudah bisa memakai baju, gosok gigi dengan bantuan ibunya, cuci dan
mengeringkan tangan, menyebutkan nama temanya.
2.
Motorik
halus
Pada
usia 4,6 tahun sesuai DDST
klien sudah bisa membuat menara dari 6 kubus,meniru garis vertikal.
3.
Bahasa
Pada
usia 4,6 tahun sesuai DDST
klien sudah bisa bicara cukup mengerti, menyebut 4 gambar, mengatakan 2 nama
kegiatan
4.
Motorik
kasar
Pada
usia 4,6 tahun sesuai DDST
klien sudah bisa melompat dan melempar bola lengan ke atas
Interpretasi
Pertumbuhan dan perkembangan
normal
8. PENGKAJIAN
POLA KESEHATAN KLIEN
1.
Pemeliharaan kesehatan :
Selama ini apabila anaknya sakit atau ada
anggota keluarga yang sakit maka akan priksa ke bidan kalau tidak sembuh dibawa ke dokter ataupun di bawa ke
rumahsakit
2.
Nutrisi :
Saat ini klien mendapatkan diet bubur kasar ,ibu klien mengatakan klien susah makan sejak
sebelum sakit biasanya hanya makan pagi dan sore saja dan paling hanya 8- 10
sendok makan, pada saat dikaji ibu klien mengatakan klien makan hanya 1-3
sendok. Ibu klien mengatakan
anaknya muntah.
3.
Cairan :
Sebelum sakit klien minum susu 1-3 gelas perhari, selama
sakit klien minum susu 1 gelas dan kadang minum air putih serta mendapatkan terapi cairan IV RL.
4.
Aktivitas :
Sebelum sakit klien tidak ada keluhan dalam
aktifitasnya, dapat bermain dengan teman-teman sebayanya di rumah, sekarang klien hanya tiduran, tidak bisa beraktifitas
seperti biasanya, ADL dibantu oleh ibunya dan perawat.
5.
Tidur dan istirahat :
Sebelum sakit klien tidur sekitar pukul 19.30 s.d 05.00, tidur siang 2x dengan
konsistensi 1 jam , pada saat sakit
klien tidur sekitar jam 20.00 sampai jam 05.00, tidur siang sekitar 3 jam dengan konsistensi 1 jam.
6.
Eliminasi :
Sebelum
sakit klien biasanya BAB 1x /hari
BAK: 4-6x/hari
Pada
saat dikaji klien BAB 1x konsistensi padat
dan BAK 3-4x/hari
7.
Pola hubungan :
Hubungan dengan orang tua baik, dengan orang
lain dan perawat baik.
8.
Koping atau temperamen dan disiplin yang
diterapkan :
Orang tua klien memberikan kebebasan kepada
anaknya untuk bermain bersama teman-temannya asalkan tidak melebihi
waktunya beristirahat.
9.
Kognitif dan persepsi :
Tidak ada keluhan tentang penglihatan,
penciuman, pendengaran dan perabaan, klien
berumur 4,6 tahun kemampuan kognitifnya baik,
10.
Konsep diri :
Ibu
klien mengatakan pingin anaknya cepat sembuh karena tidak tega melihat anaknya
sakit.
11.
Seksual dan menstruasi :
Klien berjenis kelamin perempuan usia 4,6 tahun, belum mengalami
menstruasi.
12.
Nilai :
Tidak ada nilai-nilai keluarga yang
bertentangan dengan kesehatan.
9. PEMERIKSAAN
FISIK :
1.
Keadaaan umum :
1.
Tingkat kesadaran : composmentis.
2.
S: 3880C, N: 100x/m, R:20x/m.
3.
BB; 11 kg
,TB; 105 cm , LLA ; 18 cm , LK; 49 cm,LD; 60cm
2.
Kulit :
Warna sawo matang, kulit teraba hangat, kuku
pendek dan bersih, turgor kulit menurun,
3.
Kepala :
Bentuk mesochepal, warna rambut hitam, lurus, tersisir rapi dan bersih.
4.
Mata :
Simetris, sklera tidak ikterik, konjungtiva anemis.
5.
Telinga :
Simetris, discharge (-) bersih, bentuk
normal.
6.
Hidung :
Simetris, discharge (-), bentuk normal,
7.
Mulut :
Simetris, mukosa bibir kering, gigi normal, bersih, karies (-),
Lidah kotor/ putih
8.
Leher :
JVP tidak meningkat, tidak ada pembesaran
limponodi.
9.
Dada :
Paru-paru
I : Simetris, tidak ada
retraksi dinding dada
P : tidak ada nyeri tekan
P :
sonor
A :
vesikuler
Jantung
S1-S2 murni, tak ada murmur, bising (-).
10.
Payudara :
Tak ada keluhan, simetris.
11.
Abdomen :
I : terlihat membesar
A : bunyi bising usus 10x/m
P :perut kembung, agak keras
P :bunyi thimpany
12.
Genetalia :
Tak ada keluhan.
13.
Muskuleskeletal :
Tak ada keluhan, pergerakan sendi sesuai
jenis, ROM baik.
14.
Neurologi :
Normal, tak ada keluhan.
10. PEMERIKSAAN
DIAGNOSTIK PENUNJANG
a.Lab
darah
Tanggl :15-05-2011
Pukul :10.44 WIB
Pemeriksaan
|
Hasil
|
Nilai
normal
|
Bilirubin
total
|
0,90
mg/dl
|
0.00-1.00
|
Bilirubin
direk
|
0.30
mg/dl
|
<
0,20
|
SGOT
|
22.0
u/l
|
40.0
u/l
|
SGPT
|
23.0 u/l
|
41.0
u/l
|
Leokosit
|
12.61
|
4.80-10.80
|
Eritrosit
|
4.52
|
4.20-
5.40
|
Hemoglobin
|
11,9
g/dl
|
12-16
g/dl
|
Hematokrit
|
34.9
%
|
37-47
g/dl
|
MCV
|
77.2
|
79-99
|
MCH
|
34.1
g/dl
|
33.0-47.0
|
Trombosit
|
178x
10 /ul
|
82.0-95.0
|
HbSag
|
Negative
|
negatif
|
Gol.
Darah
|
O
|
-
|
Widal (+)
C. Terapi
Tanggal
|
Per-oral
|
Per-interal
|
Paracetamol 250 mg
Ctm 3x1
Curliv
2x1
|
1.
Ceftriaxon 2x 3 mg
2.
Dexa 3 x2 mg
3.
Sotatic 2x 1 ½
4.
N. 500 /drip
5.
Inffus RL 20 tpm
6.
D5 15 tpm
|
1.
ANALISA DATA
No
|
Data
|
Etiologi
|
Problem
|
1
|
DS
: ibu Klien mengatakan
anaknya badan nya panas
DO
:
1.
klien tampak lemas,
2.
akral teraba hangat
3.
Suhu: 3880C
4.
Nadi: 100x/ menit
5.
RR: 20x/ menit
|
Proses
infekksi salmonella thypi
|
Hipertermi
|
2
|
DS:
P: ibu pasien
mengatakan anak nya nyeri bila untuk beraktifitas/bergerak hilang apabila
saat beristirahat.
Q : ibu pasien mengatakan nyeri anak nya seperti ditusuk-tusuk
R: ibu Pasien
mengatakan nyeri anak nya pada perut bagian kanan atas.
S: Skala nyeri 4
T: nyeri timbul
hingga 5 menit
DO:
Wajah pasien
tampak menahan nyeri
N :100x/mnt
S : 38 C
RR: 20x/mnt
Ps
lemah, ps tampak gelisah, ps merintih kesakitan
Nafsu makan menurun, mual (+)
Konjungtiva anemis
Akral hangat
Pasien menangis
|
Proses
inflamasi
|
nyeri
|
3
|
DS
: - ibu klien mengatakan klien makan susah hanya 1-3 sendok.
6.
Ibu klien mengatakan anaknya muntah ± 2-3x
setiap makan
7.
ibu Klien mengatakan anaknya badan nya panas
DO
:
8.
klien muntah
9.
BB : 11 kg
10.
Porsi makan dari RS hanya dimakan 1-3 sendok
|
Anoreksia
( mual dan muntah)
|
Resiko
nutrisi kurang dari kebutuhan
|
2.
PRIORITAS MASALAH
1.
Hipertermi
berhubungan dengan proses infeksi salmonella thypi
2.
Nyeri b.d proses inflamasi
3.
Resiko
nutrisi kurang dari kebutuhan b.d anoreksia ( mual & muntah)
3.
RENCANA KEPERAWATAN
No
|
Diagnoses
|
Tujuan
|
intervensi
|
1
|
Hipertermi
berhubungan dengan proses ifeksi salmonella thypi
|
Setelah
dilakukan tindakan keperawatan selama 2 x 24 jam diharapkan suhu tubuh normal
engan KH: Mempertahaankan suhu tubuh dalam batas normal
|
1.
Mengobserfasi
tanda – tanda vital
2.
Pantau
aktifitas kejang
3.
Pantau
hidrasi
4.
Berikan kompres air biasa
5.
Pemberian terapi 0bat anti piretik sesuai
program
|
2
|
Nyeri b.d proses inflamasi
|
Setelah
dilakukan tindakan keperawatan selama 2x24 jam diharapkan nyeri
berkurang,dengan KH:
Skala nyeri menjadi 3
Pasien nampak
lebih rileks
1.
Pasien
mampu mengontrol nyeri
|
a.monitor KU
b.kaji tingkat
nyeri intensitas dan skala nyeri
c.jelaskan
penyebab nyeri
d.ajarkan teknik
distraksi relaksasi(nafas dalam)
e.posisikan
pasien senyaman mungkin
f.kolaborasi
dengan tim medis pemberian obat
analgesik
|
3
|
Resiko
nutrisi kurang dari kebutuhan b.d anoreksia ( mual, muntah)
|
Setelah
dilakukan tindakan keperawatan selama 2 x 24 jam kebutuhan nutrisi adekuat
dengan kriteria hasil :
2.
Klien tidak muntah
3.
Porsi makan yang disediakan habis
|
1.
Kaji pola dan kebiasaan makan
2.
Observasi adanya muntah
3.
Menganjurkan keluarga untuk memberi makanan
dalam porsi kecil tapi sering dan tidak merangsang produksi asam (biskuit)
4.
Memberikan terapi pemberian cairan dan nutrisi
sesuai program
5.
Memberikan terapi pemberian anti emetik sesuai
program
|
1.
IMPLEMENTASI
1.
Hipertermi
b.d proses infeksi salmonella thypi
Tgl
|
Implementasi
|
Respon
pasien
|
Ttd
|
15-05-2011
|
1.
Mengukur tanda – tanda vital
2.
Memantau aktifitas kejang
3.
Menganjurkan
keluarga untuk memberikan sedikit minum tapi sering
4.
memberikan kompres hangat
5.
memberikan terapi sesuai program
|
1.
S: 37,80 C, N: 100x/m, R:20x/m.
2.
Pasien tidak mengalami kejang
3.
Klien sedikit-sedikit mau minum
4.
Pasien dikompres pake air hangat
5.
Terapi diberikan
|
|
16-05-2011
|
1.
Mengukur kembali tanda – tanda vital
2.
Memantau kembali aktifitas kejang
3.
Menganjurkan
kembali keluarga untuk memberikan sedikit minum tapi sering
4.
memberikan kompres hangat
5.
memberikan kembali terapi sesuai program
|
6.
S: 36,8C, N: 100x/m, R:20x/m.
7.
Pasien tidak mengalami kejang
8.
Klien sedikit-sedikit mau minum
9.
Pasien sudah tidak dikompres
10.
Terapi diberikan
|
2. Nyeri b.d proses inflamasi
Tgl
|
Implementasi
|
Respon pasien
|
Ttd
|
15-05-2011
|
1.
Monitor KU / TTV
2.
Mengkaji skala nyeri
3.
Memberikan posisi yang nyaman.
4.
Mengajarkan teknik relaksasi
5.
Memberikan motivasi untuk kompres air hangat
pada bagian yang sakit
6.
Memberikan terapi obat analgesik
|
Keadaan pasien
lemah
N : 100 x/mnt
R : 20 x/mnt
S : 37 C
Skala nyeri 4
-terapi masuk
|
1.
Resiko
nutrisi kurang dari kebutuhan b.d anoreksia ( mual, muntah)
Tgl
|
Implementasi
|
Respon
pasien
|
Ttd
|
15-05-2011
|
1.
Mengkaji pola dan kebiasaan makan
2.
Mengobservasi adanya muntah
3.
Menganjurkan keluarga untuk memberi makanan
dalam porsi kecil tapi sering dan tidak merangsang produksi asam (biskuit)
4.
Memberikan terapi pemberian cairan dan nutrisi
sesuai program
5.
Memberikan terapi pemberian anti emetik sesuai
program
|
Klien
makan hanya 1-3sdm
klien
sudah muntah 1x
Ibu
klien mengatakan anaknya masih susah makan
Infus
RL terpasang 20tpm
Terapi
diberikan
|
|
16-05-2011
|
6.
Mengkaji kembali pola dan kebiasaan makan
7.
Mengobservasi
kembali adanya muntah
8.
Menganjurkan kembali pada keluarga untuk
memberi makanan dalam porsi kecil tapi sering dan tidak merangsang produksi
asam
9.
Memberikan kembali terapi pemberian cairan dan
nutrisi sesuai program
10.
Memberikan kembali terapi pemberian obat anti
emetik sesuai program
|
1.
Klien menghabiskan ¼ porsi dari RS
2.
Klien sudah tidak muntah terus
3.
Klien terlihat makan biskuit,pisang
4.
Infus RL terpasang 20 tpm
5.
Terapi diberikan
|
2.
EVALUASI
Hari / tanggal
|
SOAP
|
Ttd
|
Rabu
18-05-2011
|
S: ibu klien mengatakan anaknya sudah tidak panas
O: klien masih tampak lemas,
1.
klien sudah tdak muntah
2.
Suhu: 36 C
3.
Nadi: 90x/ menit
4.
RR: 20x/ menit
A: masalah teratasi sebagian
P: pertahankan intervensi
|
|
Rabu
18-05-2011
|
S: ibu Pasien
mengatakan ,anak nya sudah tidak nyeri perut
O: pasien nampak
rileks
A: Masalah
teratasi
P: pertahankan
intervensi
Motivasi pasien
untuk tetap melakukan teknik relaksasi distraksi (nafas dalam) bila nyeri
timbul
Kolaborasi
dengan dokter dalam pemberian analgesik
|
|
Rabu
18-5-2011
|
S:
- S:
ibu klien mengatakan ,klien setiap habis makan sudah berkurang muntah nya.
O: klien masih muntah 1x
5.
BB : 11kg
6.
Porsi makan dari RS hanya dimakan ¼ porsi
A: masalah teratasi
P:
pertahankan intervensi
|
ASUHAN KEPERAWATAN PADA An.T DENGAN THYPOID
DI RUANG INAYAH KAMAR 11
PKU MUHAMMADIYAH GOMBONG
Disajikan Sebagai Tugas
Pada Pembelajaran Anak
Program Pendidikan S1 Ilmu Keperawatan
Muhammadiyah Gombong
Oleh :
Pupupt Dwi Utmi
( A1.0800462 )
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MUHAMMADIYAH
GOMBONG
2011
PENGESAHAN
Lembar pengesahan :
Laporan
Kasus
ASUHAN KEPERAWATAN PADA An.T DENGAN
THYPOID DI RUANG INAYAH KAMAR 11 PKU MUHAMMADIYAH GAMBONG
Telah disetujui pada hari / tanggal :
Pembimbing lahan Mahasiswa
( Tulo Bariyem, S.Kep ) (Puput
Dwi Utami)
Pembimbing
Akademik
(Tyas,
S.kep.Ns)
BAB I
PENDAHULUAN
1.
Latar
Belakang
Di Indonesia demam thypoid jarang dijumpai secara
epidemic , tetapi lebih sering bersifat seporadis, terpencar-pencar di suatu
daerah, dan jarang menimbulkan lebih dari satu kasus pada orang-orang serumah.
Pasien anak yang ditemukan berumur diatas 1 tahun.
Demam tifoid adalah penyakit
menular yang bersifat akut, yang ditandai dengan bakterimia, perubahan pada
sistem retikuloendotelial yang bersifat difus, pembentukan mikroabses dan
ulserasi Nodus peyer di distal ileum. (Soegeng Soegijanto, 2002)
Masa inkubasi demam thypoid
berlangsung selama 7-14 hari (bervariasi antara 3-60 hari) bergantung jumlah
dan strain kuman yang tertelan. Selama masa inkubasi penderita tetap dalam
keadaan asimtomatis. (Soegeng soegijanto, 2002)
BP RSUD Kebumen adalah salah
satu Rumah Sakit daerah yang mengelola berbagai penyakit, termasuk penyakit
thipoid. Bangsal Melati adalah salah satu bangsal di BP RSUD Kebumen yang
mengelola pasien anak. Di Bangsal Melati pada bulan april terdapat 10 pasien
anak yang menderita penyakit thypoid.
Dalam minggu pertama, keluhan
dan gejala menyerupai penyakit infeksi akut pada umumnya seperti demam, nyeri
kepala, anoreksia, mual, muntah, diare, konstipasi, serta suhu badan yang
meningkat.
Pada minggu kedua maka
gejala/tanda klinis menjadi makin jelas, berupa demam remiten, lidah tifoid,
pembesaran hati dan limpa, perut kembung, bisa disertai gangguan kesadaran dari
ringan sampai berat. Lidah tifoid dan tampak kering, dilapisi selaput kecoklatan
yang tebal, di bagian ujung tepi tampak lebih kemerahan. (Ranuh,
Hariyono, dan dkk. 2001)
2.
Konsep
Dasar
1.
Definisi
Typhoid adalah penyakit
infeksi sistemik akut yang disebabkan infeksi salmonella Thypi. Organisme ini
masuk melalui makanan dan minuman yang sudah terkontaminasi oleh faeses dan
urine dari orang yang terinfeksi kuman salmonella.
( Bruner and Sudart, 1994 ).
Typhoid adalah penyakit
infeksi akut usus halus yang disebabkan oleh kuman salmonella Thypi
( Arief Maeyer, 1999 ).
Typhoid adalah penyakit
infeksi akut usus halus yang disebabkan oleh kuman salmonella thypi dan
salmonella para thypi A,B,C. sinonim dari penyakit ini adalah Typhoid dan
paratyphoid abdominalis
( Syaifullah Noer, 1996 ).
Typhoid adalah penyakit
infeksi pada usus halus, typhoid disebut juga paratyphoid fever, enteric fever,
typhus dan para typhus abdominalis
(.Seoparman, 1996).
Typhoid adalah suatu
penyakit pada usus yang menimbulkan gejala-gejala sistemik yang disebabkan oleh
salmonella typhosa, salmonella type A.B.C. penularan terjadi secara pecal, oral
melalui makanan dan minuman yang terkontaminasi
(Mansoer Orief.M. 1999).
Dari beberapa pengertian
diatasis dapat disimpulkan sebagai berikut, Typhoid adalah suatu penyakit
infeksi usus halus yang disebabkan oleh salmonella type A. B dan C yang dapat
menular melalui oral, fecal, makanan dan minuman yang terkontaminasi.
2.
ETIOLOGI
Etiologi
typhoid adalah salmonella typhi. Salmonella para typhi A. B dan C. Ada dua sumber penularan salmonella
typhi yaitu pasien dengan demam typhoid dan pasien dengan carier. Carier adalah
orang yang sembuh dari demam typhoid dan masih terus mengekresi salmonella
typhi dalam tinja dan air kemih selama lebih dari 1 tahun.
C.PATOLOGI
ANATOMI
Susunan saluran pencernaan terdiri dari : Oris
(mulut), faring (tekak), esofagus (kerongkongan), ventrikulus (lambung),
intestinum minor (usus halus),
intestinum mayor (usus besar ), rektum dan anus. Pada kasus demam tifoid, salmonella typi
berkembang biak di usus halus (intestinum minor). Intestinum minor adalah
bagian dari sistem pencernaan makanan yang berpangkal pada pilorus dan berakhir
pada seikum, panjangnya ± 6 cm, merupakan saluran paling
panjang tempat proses pencernaan dan absorbsi hasil pencernaan yang terdiri
dari :
lapisan usus halus, lapisan mukosa
(sebelah dalam), lapisan otot melingkar (M sirkuler), lapisan otot
memanjang (muskulus longitudinal) dan lapisan serosa (sebelah luar).
Usus halus terdiri dari duodenum (usus 12
jari), yeyenum dan ileum. Duodenum
disebut juga usus dua belas jari, panjangnya ± 25 cm, berbentuk sepatu kuda melengkung
ke kiri pada lengkungan ini terdapat pankreas.
Dari bagian kanan duodenum ini terdapat selapu t lendir yang membukit
yang disebut papila vateri. Pada papila
vateri ini bermuara saluran empedu (duktus koledikus) dan saluran pankreas
(duktus wirsung/duktus pankreatikus).
Dinding duodenum ini mempunyai lapisan mukosa yang banyak mengandung
kelenjar, kelenjar ini disebut kelenjar brunner yang berfungsi untuk
memproduksi getah intestinum.
Yeyenum dan ileum mempunyai panjang sekitar ± 6
meter. Dua perlima bagian atas adalah
yeyenum dengan panjang ± 23 meter dari ileum dengan panjang 4 – 5 m. Lekukan yeyenum dan ileum melekat pada dinding abdomen posterior dengan
perantaraan lipatan peritonium yang berbentuk kipas dikenal sebagai
mesenterium.
Akar
mesenterium memungkinkan keluar dan masuknya cabang-cabang arteri dan vena
mesenterika superior, pembuluh limfe dan saraf ke ruang antara 2 lapisan
peritonium yang membentuk mesenterium.
Sambungan antara yeyenum dan ileum tidak mempunyai batas yang tegas.
Ujung dibawah ileum berhubungan dengan seikum
dengan perantaraan lubang yang bernama orifisium ileoseikalis. Orifisium ini diperlukan oleh spinter
ileoseikalis dan pada bagian ini terdapat katup valvula seikalis atau valvula
baukhim yang berfungsi untuk mencegah cairan dalam asendens tidak masuk kembali
ke dalam ileum.
Mukosa usus halus.
Permukaan epitel yang sangata luas melalui lipatan mukosa dan mikrovili
memudahkan pencernaan dan absorbsi.
Lipatan ini dibentuk oleh mukosa dan sub mukosa yang dapat memperbesar
permukaan usus. Pada penampang melintang
vili dilapisi oleh epitel dan kripta yag menghasilkan bermacam-macam hormon
jaringan dan enzim yang memegang peranan aktif dalam pencernaan.
Didalam dinding mukosa terdapat berbagai ragam
sel, termasuk banyak leukosit.
Disana-sini terdapat beberapa nodula jaringan limfe, yang disebut kelenjar soliter. Di dalam ilium terdapat kelompok-kelompok
nodula itu. Mereka membentuk tumpukan
kelenjar peyer dan dapat berisis 20 sampai 30 kelenjar soliter yang panjangnya
satu sentimeter sampai beberapa sentimeter. Kelenjar-kelenjar ini mempunyai fungsi
melindungi dan merupakan tempat peradangan pada demam usus (tifoid). Sel-sel Peyer’s adalah sel-sel dari jaringan limfe dalam
membran mukosa. Sel tersebut lebih umum
terdapat pada ileum daripada yeyenum. (
Evelyn C. Pearce, 2000)
D.PATOFISIOLOGI
Penularan salmonella thypi dapat ditularkan melalui berbagai cara, yang
dikenal dengan 5F yaitu Food(makanan), Fingers(jari tangan/kuku), Fomitus
(muntah), Fly(lalat), dan melalui Feses.
Feses dan muntah pada penderita typhoid dapat menularkan kuman salmonella
thypi kepada orang lain. Kuman tersebut dapat ditularkan melalui perantara
lalat, dimana lalat akan hinggap dimakanan yang akan dikonsumsi oleh orang yang
sehat. Apabila orang tersebut kurang memperhatikan kebersihan dirinya seperti
mencuci tangan dan makanan yang tercemar kuman salmonella thypi masuk ke tubuh
orang yang sehat melalui mulut. Kemudian kuman masuk ke dalam lambung, sebagian
kuman akan dimusnahkan oleh asam lambung dan sebagian lagi masuk ke usus halus
bagian distal dan mencapai jaringan limpoid. Di dalam jaringan limpoid ini
kuman berkembang biak, lalu masuk ke aliran darah dan mencapai sel-sel
retikuloendotelial. Sel-sel retikuloendotelial ini kemudian melepaskan kuman ke
dalam sirkulasi darah dan menimbulkan bakterimia, kuman selanjutnya masuk
limpa, usus halus dan kandung empedu.
Semula disangka demam dan gejala toksemia pada typhoid disebabkan oleh
endotoksemia. Tetapi berdasarkan penelitian eksperimental disimpulkan bahwa
endotoksemia bukan merupakan penyebab utama demam pada typhoid. Endotoksemia
berperan pada patogenesis typhoid, karena membantu proses inflamasi lokal pada
usus halus. Demam disebabkan karena salmonella thypi dan endotoksinnya
merangsang sintetis dan pelepasan zat pirogen oleh leukosit pada jaringan yang
meradang.
E..KOMPLIKASI
a. Komplikasi intestinal
1) Perdarahan usus
2) Perporasi usus
3) Ilius paralitik
b. Komplikasi extra intestinal
1) Komplikasi kardiovaskuler : kegagalan sirkulasi (renjatan sepsis),
miokarditis, trombosis, tromboplebitis.
2) Komplikasi darah : anemia hemolitik, trobositopenia, dan syndroma uremia
hemolitik.
3) Komplikasi paru : pneumonia, empiema, dan pleuritis.
4) Komplikasi pada hepar dan kandung empedu : hepatitis, kolesistitis.
5) Komplikasi ginjal : glomerulus nefritis, pyelonepritis dan perinepritis.
6) Komplikasi pada tulang : osteomyolitis, osteoporosis, spondilitis dan
arthritis.
7) Komplikasi neuropsikiatrik : delirium, meningiusmus, meningitis,
polineuritis perifer, sindroma Guillain bare dan sidroma katatonia.
F.PENATALAKSANAAN
1.
Perawatan
1.
Klien diistirahatkan 7 hari sampai demam tulang atau 14 hari untuk mencegah
komplikasi perdarahan usus.
2.
Mobilisasi bertahap bila tidak ada
panas, sesuai dengan pulihnya tranfusi bila ada komplikasi perdarahan.
2.
Diet
1.
Diet yang sesuai ,cukup
kalori dan tinggi protein.
2.
Pada penderita yang akut dapat diberi bubur saring.
3.
Setelah bebas demam diberi bubur kasar selama
2 hari lalu nasi tim.
kereeeeen (y) :D
BalasHapussangat membantu, thanks ^_^
BalasHapusok terimakasih sudah meringkan tugas saya
BalasHapusmakasi ya .tapi gimana dapat daftar pustakanya
BalasHapus